Takbir Dalam Shalat Id

2 menit baca
Takbir Dalam Shalat Id
Takbir Dalam Shalat Id

Pertanyaan

Mengapa kita disunahkan untuk melakukan dua belas takbir sebelum membaca surah al-Fatihah, baik pada salat Idul Fitri maupun Idul Adha? Apa manfaat hal itu? Ini tidak diterapkan pada salat wajib lima waktu, apa hikmahnya?

Jawaban

Asal ibadah itu adalah tauqif (mengikuti perintah Allah). Hendaknya kita beribadah sesuai dengan perintah Allah Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, baik kita mengetahui hikmah di balik ibadah tersebut maupun tidak.

Khususnya tata cara shalat, puasa, dan haji. Dalam hal itu, akal tidak mempunyai peranan sama sekali. Di antaranya adalah ibadah yang telah disyariatkan kepada kita oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berupa enam atau tujuh takbir setelah takbiratulihram, sebelum membaca surah al-Fatihah pada rakaat pertama shalat Id, dan lima takbir sebelum membaca al-Fatihah pada rakaat kedua shalat Id, bukan pada shalat wajib lima waktu.

Kita harus beriman kepada syariat Allah Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, berserah diri kepadanya, mendengar, dan mentaatinya. Sebab, hukum asal dalam hal ini adalah ta’abbud (penghambaan diri (tunduk sepenuhnya) kepada perintah Allah). Bukan karena adanya sebuah alasan atau sebab.

Seorang hamba tidak boleh masuk ke dalam ranah yang khusus bagi Allah Ta’ala, berupa bentuk, jenis, dan tata cara peribadatan.

Seorang muslim tidak perlu bertanya mengapa Allah mensyariatkan yang ini, tidak memerintahkan yang itu, dan apa manfaat ibadah yang telah disyariatkan-Nya itu. Akan tetapi, kewajibannya adalah mengetahui apa yang telah disyariatkan oleh Allah dan Rasul-Nya, lalu menjalankannya.

Jika dia mengetahui hikmahnya, maka alhamdulillah. Namun jika tidak, maka dia harus berserah diri kepada hukumnya Allah, taat, dan yakin bahwa Allah tidak akan mensyariatkannya kecuali karena adanya hikmah dan maslahat bagi hamba-hamba-Nya.

Sebab, Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Bijaksana dan Mengetahui dalam firman, perbuatan, syariat, dan takdir-Nya. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ

” Sesungguhnya Tuhanmu Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui” (QS. Al An’aam : 83)

Di antara dalil atas apa yang telah kami sebutkan adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu” (QS. Al Ahzab : 21)

Dan sabda Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam,

صلوا كما رأيتموني أصلي

“Salatlah kalian sebagaimana kalian melihatku shalat” (HR. Bukhari dalam kitab Shahihnya)

Terdapat pula sabda Nabi saat haji wada’,

خذوا عني مناسككم

“Ambillah tata cara manasik haji kalian dari apa yang yang aku lakukan.”

Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.

Salah satu lajnah ilmiah terkemuka di era sekarang ini, terdiri dari elit ulama senior di Arab Saudi, memiliki kredibilitas tinggi di bidang ilmiah dan keislaman.

Rujukan : Fatwa Nomor 1732

Lainnya

Kirim Pertanyaan