Menetapkan Sifat “Dua Tangan”

2 menit baca
Menetapkan Sifat “Dua Tangan”
Menetapkan Sifat “Dua Tangan”

Pertanyaan

Saya mendengar salah seorang penuntut ilmu ketika berbicara tentang nama-nama dan sifat-sifat Allah, menetapkan sifat dua tangan bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan dia menambahkan lagi dengan mengatakan, “Kedua tangan-Nya itu adalah kanan”. Apakah maksudnya dan apa dalilnya?

Jawaban

Menetapkan sifat dua tangan bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala wajib sebagaimana terdapat dalam teks-teks dua wahyu yang mulia (al-Quran dan as-Sunnah), di antaranya adalah firman Allah Ta`ala di dalam surat al-Ma`idah,

بَلْ يَدَاهُ مَبْسُوطَتَانِ يُنْفِقُ كَيْفَ يَشَاءُ

“Tetapi kedua-dua tangan Allah terbuka; Dia menafkahkan sebagaimana Dia kehendaki.” (QS. Al-Maaidah: 64)

Dan firman-Nya dalam surat Shaad ketika berbicara kepada iblis,

مَا مَنَعَكَ أَنْ تَسْجُدَ لِمَا خَلَقْتُ بِيَدَيَّ

“Allah berfirman: “Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku.” (QS. Shaad: 75)

Adapun hadis-hadis yang dengan jelas menyebut tentang “dua tangan” banyak sekali, dan hadis-hadis itu terkenal dalam kitab-kitab Ahlussunnah wal Jamaah, di antaranya hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin `Amr bin al-`Ash radhiyallahu `anhuma bahwa Nabi shallallahu `alaihi wa sallam bersabda,

المقسطون عند الله على منابر من نور على يمين الرحمن، وكلتا يديه يمين، وهم الذين يعدلون في حكمهم وأهليهم وما ولوا

“Sesungguhnya orang-orang yang berlaku adil kelak di sisi Allah akan berada di atas mimbar dari cahaya yang berasal dari sisi kanan ar-Rahman dan kedua tangan-Nya adalah kanan. Mereka itulah orang-orang yang bersikap adil dalam memutuskan hukum kepada keluarganya dan pada apa-apa yang mereka pimpin.”

Mazhab Ahlussunnah wa Jamaah mengenai nama-nama dan sifat-sifat Allah adalah mereka mengimani apa saja yang datang dari kitab Allah Azza wa Jalla, dan apa yang ditetapkan dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tanpa mentakwilkannya, tanpa tamtsil (menyerupakan Allah dengan makhluk), tanpa tahrif (mengubah makna), dan tanpa ta`thil (meniadakan), dan tidak menyandarkan kepada Allah Jalla wa `Ala suatu sifat makhluk yang tidak sempurna. Sabda beliau dalam hadis lainnya,

كلتا يديه يمين

“Kedua tangan-Nya adalah kanan”

Diriwayatkan oleh al-Baghawi dari al-Khaththabi rahimahumallah bahwa sifat tersebut datang secara tauqif (dari wahyu), maka kami memahaminya sebagaimana aslinya, dan tidak disertai penggambarannya.

Kami berhenti (membahas) pada hal-hal yang al-Quran juga berhenti membahasnya, dan hadis-hadis (tentang nama dan sifat Allah) itu sahih. Itulah mazhab Ahlussunnah wa Jamaah. Sebagian ulama berpendapat makna dari,

كلتا يديه يمين

“Dan kedua tangan-Nya adalah kanan.”

Yakni dalam kemuliaan dan kebaikan, walaupun salah satunya disebut kiri sebagaimana disebutkan dalam hadis Ibnu Umar dalam Sahih Muslim.

Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.

Salah satu lajnah ilmiah terkemuka di era sekarang ini, terdiri dari elit ulama senior di Arab Saudi, memiliki kredibilitas tinggi di bidang ilmiah dan keislaman.

Rujukan : Fatwa Nomor 16325

Lainnya

Kirim Pertanyaan