Menulis Petisi Untuk Kemaslahatan Masyarakat Tetapi Mengandung Unsur Dusta |
Pertanyaan
Saya bukan seorang penulis ternama, tetapi saya dipercaya oleh masyarakat untuk menulis petisi dan sejenisnya terkait keluhan dan tuntutan mereka yang akan diajukan ke pengadilan. Sebagaimana Anda mungkin dipercaya oleh pemilik hak, Anda bisa juga dipercaya oleh orang zalim.
Mereka berdua bisa saja membuat pernyataan palsu untuk memenangkan sidang. Selain itu, sebagai penulis, saya juga dapat menggunakan kata-kata menarik dan memukau. Saya ingin bertanya kepada Anda: bukankah perbuatan ini diharamkan?
Jawaban
Jika Anda menulis untuk orang lain terkait tentang keluhan dan tuntutan mereka sebagaimana yang didiktekan mereka kepada Anda sedangkan Anda tidak tahu bahwa yang Anda tulis tersebut bertentangan dengan realitas dan keadaan yang sebenarnya, maka Anda tidak bersalah atau berdosa atas apa yang Anda tulis tersebut karena hal itu tidak terlarang.
Kedustaan dan kesalahan yang ada yang tidak Anda ketahui dosanya ditanggung oleh pelakunya. Namun, jika Anda mengetahui bahwa tuntutan yang dipercayakan kepada Anda untuk ditulis tersebut mengandung kebohongan dan kepalsuan, maka Anda tidak boleh menuliskannya untuk mereka karena sikap ini berarti membantu mereka untuk melakukan kebatilan dan dosa. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.” (QS. Al-Maaidah: 2)
Allah Ta’ala juga berfirman,
” Dan janganlah kamu berdebat (untuk membela) orang-orang yang mengkhianati dirinya. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang selalu berkhianat lagi bergelimang dosa.” (QS. An-Nisaa’: 107)
Anda harus menasihati orang yang melakukan kebohongan dalam tuntutan yang diajukannya dan mengingatkannya tentang Allah Subhanahu dan ancaman yang akan ditimpakan kepada orang yang melakukan kebohongan dan penuntut kebatilan. Mudah-mudahan dia mau menerima nasihat Anda dan berhenti melakukan perbuatan dosa yang direncanakannya.
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.