Penyebab Orang Shalat Ketika Rukuk Mengucapkan “Subhana Rabbiyal ‘Azhim” Dan Ketika Sujud “Subhana Rabbiyal A’la”

3 menit baca
Penyebab Orang Shalat Ketika Rukuk Mengucapkan “Subhana Rabbiyal ‘Azhim” Dan Ketika Sujud “Subhana Rabbiyal A’la”
Penyebab Orang Shalat Ketika Rukuk Mengucapkan “Subhana Rabbiyal ‘Azhim” Dan Ketika Sujud “Subhana Rabbiyal A’la”

Pertanyaan

Apa sebabnya kita mengucapkan dalam rukuk: “Subhana rabbiyal-azhim (Maha Suci Tuhanku yang Maha Agung)” dan dalam sujud: “Subhana rabbiyal-a`la (Mahasuci Tuhanku yang Mahatinggi)” dan harap disebutkan dalilnya dari hadis?

Jawaban

Penyebab orang salat dalam rukuknya mengucapkan: “Subhana Rabbiyal Adzimi (Maha Suci Tuhanku yang Maha Agung) dan dalam sujudnya mengucapkan: “Subhana Rabbiyal A’la (Maha Suci Tuhanku yang Maha Tinggi) adalah apa yang diriwayatkan dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwa ia mengucapkan bacaan itu dalam salatnya karena ada (sesuai) hadis yang diriwayatkan,

حذيفة رضي الله عنه أنه صلى مع النبي صلى الله عليه وسلم فكان يقول في ركوعه: (سبحان ربي العظيم) وفي سجوده: ( سبحان ربي الأعلى

” Hudzaifah Radiallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengucapkan dalam rukuknya: “Subhana Rabbiyal Adzimi (Maha Suci Tuhanku yang Maha Agung) dan dalam sujudnya mengucapkan: “Subhana Rabbiyal A’la (Maha Suci Tuhanku yang Maha Tinggi).”

dikeluarkan oleh Abu Dawud dalam kitab Sunannya, lihat (‘Aunul Ma’bud juz 5 hal 142) dan dikeluarkan Nasa’i dalam kitab Sunannya. Ada pula hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma yang bersumber dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bahwasanya ia bersabda,

أما الركوع فعظموا فيه الرب وأما السجود فاجتهدوا في الدعاء فقمن أن يستجاب لكم

“Adapun saat rukuk, maka agungkanlah Rabb. Saat sujud, maka bersungguh-sungguhlah dalam berdoa karena kalian dijamin akan dikabulkan.”

Dikeluarkan oleh Muslim dalam kitab (Shahihnya juz 4 hal 196) dan dikeluarkan al-Imam Ahmad di dalam (Musnadnya, juz 1 155, 219). Dasar lainnya adalah hadis yang diriwayatkan oleh `Uqbah bin `Amir Radhiyallahu `Anhu, ia berkata,

لما نزلت: فَسَبِّحْ بِاسْمِ رَبِّكَ الْعَظِيمِ ، قال: اجعلوها في ركوعكم فلما نزلت: سَبِّحِ اسْمَ رَبِّكَ الأَعْلَى قال: اجعلوها في سجودكم

“Tatkala turun ayat: Maka bertasbihlah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Maha Besar. Ia bersabda: Jadikanlah tasbih itu dalam rukukmu; dan tatkala turun ayat: Sucikanlah nama Tuhanmu Yang Maha Tinggi ia bersabda: “Jadikanlah tasbih itu dalam sujudmu”.”

Dikeluarkan oleh Abu Dawud di (dalam) Sunannya juz 5 hal. 140) dan dikeluarkan al-Imam Ahmad dalam Musnadnya. Doa-doa yang diucapkan dalam salat termasuk perkara tauqifiyah (ketetapan) yang hanya diucapkan berdasarkan kepada dalil Al-Qur’an atau sunah. Bisa jadi kita dapat mengetahui hikmahnya atau sebagiannya dan terkadang hikmahnya hanya dimonopoli oleh Allah Azza Wa Jalla.

Namun, seorang hamba melakukan rukuk kepada Allah, tunduk, dan khusyuk kepada-Nya sehingga saat rukuk adalah saat yang tepat untuk memuji Allah, mensucikan-Nya, memuji-nya, memuliakan-Nya, dan merasakan kebesaran ia berada di hadapan-Nya dengan mengatakan: “Subhana rabbiyal-azhim (Maha Suci Tuhanku yang Maha Agung).” Dialah yang Maha Agung yang semua tengkuk hina dan tunduk terhadap kekuatan-Nya. Apabila sujud, orang salat mengucapkan (Subhana Rabbiyal A’la).

Saat atau keadaan ini adalah yang paling tepat. Tatkala seseorang yang melakukan salat bersujud dan meletakkan anggota badannya yang termulia, yaitunya wajah dan hidungnya, di atas tanah dan itu menunjukkan bahwa posisinya sedang berada pada keadaan yang paling hina di hadapan Rabbnya dengan penuh ketundukan dan ketenangan serta kekhusyukan kepada Rabbnya dan saat itu adalah tempat paling dekat antara ia dan Tuhannya, maka saat memiliki sifat ini tepatlah ia untuk mengucapkan “Subhaana Rabbiyal-A`la (Maha Suci Tuhanku yang paling tinggi).”

Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.

Salah satu lajnah ilmiah terkemuka di era sekarang ini, terdiri dari elit ulama senior di Arab Saudi, memiliki kredibilitas tinggi di bidang ilmiah dan keislaman.

Rujukan : Fatwa Nomor 19109 | Link

Lainnya

Kirim Pertanyaan