Beranda
Pernikahan

Nikah Wanita Yang Masih Menjadi Isteri Orang Lain

2 menit baca
Nikah Wanita Yang Masih Menjadi Isteri Orang Lain
Nikah Wanita Yang Masih Menjadi Isteri Orang Lain

Pertanyaan

Saudara perempuan saya pulang setelah bertengkar dengan suaminya. Ia tinggal di rumah saya selama dua tahun setelah peristiwa pertengkaran itu. Ia tidak mendapatkan nafkah, surat ataupun kabar dari suaminya. Lalu ada seorang lelaki ingin menikahinya. Ia meminta suaminya agar menceraikan dirinya tetapi suaminya menolak. Maka apa yang boleh ia lakukan berkaitan dengan pernikahan baru ini?

Jawaban

Ia tidak boleh menikah dengan lelaki lain karena ia masih berada dalam ikatan pernikahan dengan suaminya. Jika suaminya menalaknya atau meninggal dunia lalu ia menyelesaikan masa iddahnya maka ia boleh menikah dengan lelaki lain. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta’ala yang menjelaskan orang-orang yang haram dinikahi,

حُرِّمَتْ عَلَيْكُمْ أُمَّهَاتُكُمْ وَبَنَاتُكُمْ

“Diharamkan bagimu (mengawini) ibu-ibumu; anak-anakmu yang perempuan” (QS. An-Nisaa’: 23)

Sampai dengan firman-Nya,

وَالْمُحْصَنَاتُ مِنَ النِّسَاءِ إِلا مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ كِتَابَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَأُحِلَّ لَكُمْ مَا وَرَاءَ ذَلِكُمْ

“Dan (diharamkan juga kamu mengawini) wanita yang bersuami, kecuali budak-budak yang kamu miliki (Allah telah menetapkan hukum itu) sebagai ketetapan-Nya untukmu. Dan dihalalkan bagimu selain yang demikian.” (QS. Nama Surat: 123)

Yang dimaksud dengan al-muhshanaat dalam ayat ini adalah para wanita yang telah menikah. Allah juga berfirman,

وَالَّذِينَ يُتَوَفَّوْنَ مِنْكُمْ وَيَذَرُونَ أَزْوَاجًا يَتَرَبَّصْنَ بِأَنْفُسِهِنَّ أَرْبَعَةَ أَشْهُرٍ وَعَشْرًا

“Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para isteri itu) menangguhkan dirinya (ber`iddah) empat bulan sepuluh hari” (QS. Al-Baqarah: 234)

Dan firman-Nya,

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِذَا طَلَّقْتُمُ النِّسَاءَ فَطَلِّقُوهُنَّ لِعِدَّتِهِنَّ وَأَحْصُوا الْعِدَّةَ

“Hai Nabi, apabila kamu menceraikan isteri-isterimu maka hendaklah kamu ceraikan mereka pada waktu mereka dapat (menghadapi) `idahnya (yang wajar) dan hitunglah waktu `idah itu” (QS. At-Thalaaq: 1)

Hingga firman-Nya,

أَسْكِنُوهُنَّ مِنْ حَيْثُ سَكَنْتُمْ مِنْ وُجْدِكُمْ

“Tempatkanlah mereka (para isteri) di mana kamu bertempat tinggal menurut kemampuanmu.” (QS. At-Thalaaq: 6)

Begitu pula hadist-hadist sahih yang menjelaskan dan menerangkan masalah ini. Menceraikan isteri harus berdasarkan persetujuan suaminya. Jika tidak maka diputuskan melalui jalur pengadilan agama.

Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.

Salah satu lajnah ilmiah terkemuka di era sekarang ini, terdiri dari elit ulama senior di Arab Saudi, memiliki kredibilitas tinggi di bidang ilmiah dan keislaman.

Rujukan : Fatwa Nomor 5232

Lainnya

Kirim Pertanyaan