Menjual Emas Dengan Menunda Pembayarannya Baik Semua Atau Seluruhnya

2 menit baca
Menjual Emas Dengan Menunda Pembayarannya Baik Semua Atau Seluruhnya
Menjual Emas Dengan Menunda Pembayarannya Baik Semua Atau Seluruhnya

Pertanyaan

Di zaman sekarang ini, sudah banyak terjadi transaksi pembelian emas sesama kaum wanita. Jika harga kontannya sepuluh ribu, maka bisa dicicil selama setahun menjadi dua puluh ribu. Para penjual emas pun melakukan hal yang sama, baik kepada perempuan maupun laki-laki.

Dengan cara ini, mereka mengambil sebagian pembayaran di awal dan membolehkan angsuran sisa kekurangannya sampai kurun waktu tertentu, dengan alasan untuk mendekati dan mempermudah pembeli.

Kami sangat mengharapkan penjelasan fatwa dari Syekh yang terhormat terkait hukum jual beli ini dan akan dibagikan kepada para penjual emas. Semoga Allah memberikan manfaat darinya.

Jawaban

Tidak diperbolehkan menjual emas dengan sistem utang, baik secara keseluruhan maupun sebagiannya, baik emas atau perak, baik tempo pembayarannya ditentukan atau tidak. Jika sudah terjadi transaksi jual beli, maka akadnya batal dan haram. Pelakunya bersalah dan melakukan dosa besar, yaitu dosa riba.

Dalam contoh transaksi yang pertama, penjualan emas seharga sepuluh ribu menjadi dua puluh ribu dengan kredit setahun, kurang dari itu, atau lebih, maka itu merupakan perpaduan antara riba fadhl dan nasiah.

Adapun yang kedua, yaitu menangguhkan sebagian pembayaran, maka itu termasuk riba nasi`ah. Kedua jenis riba itu diharamkan berdasarkan Alquran, Sunah, dan ijmak. Allah Ta’ala berfirman,

وَأَحَلَّ اللَّهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَا

“Allah telah menghalalkan jual-beli dan mengharamkan riba.” (QS. Al-Baqarah : 275)

Dan,

يَمْحَقُ اللَّهُ الرِّبَا وَيُرْبِي الصَّدَقَاتِ وَاللَّهُ لاَ يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ أَثِيم

“Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran dan selalu berbuat dosa.” (QS. Al-Baqarah : 276)

Dalam ayat lain Allah Ta’ala berfirman,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَذَرُوا مَا بَقِيَ مِنَ الرِّبَا إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ (278) فَإِنْ لَمْ تَفْعَلُوا فَأْذَنُوا بِحَرْبٍ مِنَ اللَّهِ وَرَسُولِهِ وَإِنْ تُبْتُمْ فَلَكُمْ رُءُوسُ أَمْوَالِكُمْ لاَ تَظْلِمُونَ وَلاَ تُظْلَمُونَ

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan tinggalkan sisa riba (yang belum dipungut) jika kamu orang-orang yang beriman.(278) Maka jika kamu tidak mengerjakan (meninggalkan sisa riba), maka ketahuilah, bahwa Allah dan Rasul-Nya akan memerangimu. Dan jika kamu bertaubat (dari pengambilan riba), maka bagimu pokok hartamu; kamu tidak menganiaya dan tidak (pula) dianiaya.” (QS. Al-Baqarah : 278-279)

Ada pula riwayat dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,

أنه لعن آكل الربا وموكله وشاهديه وكاتبه، وقال: هم سواء

“bahwa beliau melaknat pemakan riba, orang yang menyebabkan dirinya berbuat riba, serta dua orang saksi dan penulisnya, seraya bersabda, “Mereka semua adalah sama.”

Dalam kitab Shahih Bukhari dari Abu Said al-Khudri radhiyallahu ‘anhu bahwa Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,

لا تبيعوا الذهب بالذهب إلا مثلاً بمثل، ولا تشفوا بعضها على بعض، ولا تبيعوا الورق بالورق إلا مثلاً بمثل، ولا تشفوا بعضها على بعض، ولا تبيعوا منهما غائبًا بناجز

“Janganlah kalian menjual emas dengan emas melainkan sama beratnya, dan janganlah melebihkan salah satunya dibanding yang lain. Janganlah kalian menjual perak dengan perak melainkan sama beratnya, dan janganlah melebihkan salah satunya dibanding yang lain. Janganlah kalian menukarkan keduanya, dimana salah satu diserahkan secara kontan, sedangkan yang satu lagi tidak diserahkan secara kontan.”

Di dalam sanadnya juga terdapat Abu al-Minhal, dia berkata, “Saya bertanya kepada al-Bara` bin ‘Azib dan Zaid bin Arqam radhiyallahu ‘anhum tentang jual beli emas dan perak, yang tiap orang di antara mereka berkata, ‘Ini lebih baik dari apa yang aku miliki,’ lalu kedua shahabat tersebut berkata,

نهى رسول الله صلى الله عليه وسلم عن بيع الذهب بالورق دينًا

“Rasulullah Shallallahu ‘Alahi wa Sallam melarang jual beli perak dengan emas, dengan pembayaran yang ditangguhkan.”

Kami memohon taufik untuk semua.

Wabillahittaufiq, wa Shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.

Salah satu lajnah ilmiah terkemuka di era sekarang ini, terdiri dari elit ulama senior di Arab Saudi, memiliki kredibilitas tinggi di bidang ilmiah dan keislaman.

Rujukan : Fatwa Nomor 5446

Lainnya

Kirim Pertanyaan