Murka (Tidak Rida) Dengan Keadaannya

2 menit baca
Murka (Tidak Rida) Dengan Keadaannya
Murka (Tidak Rida) Dengan Keadaannya

Pertanyaan

Pertanyaan 15: Apa hukum syariat mengenai ucapan seseorang: (Yah, seandainya pada waktu ini aku seperti tahun kemarin) karena pada tahun lalu ia tidak ditimpa dengan musibah yang dialaminya sekarang, seperti kematian orang-orang yang dicintainya, dan apakah orang yang mengucapkan perkataan ini berdosa?

Pertanyaan 16: Bagaimana cara yang sesuai syariat untuk menghilangkan kesedihan ketika seseorang di timpa musibah kematian seseorang yang dicintainya?

Jawaban

Jawaban 15: Seorang muslim harus bersabar terhadap qada’ dan kadar (Allah ‘Azza Wa Jalla), baik qada’ tersebut menyakitkannya seperti kehilangan orang yang dia cintai atau orang terdekat maupun musibah terjadi. Oleh sebab itu, seseorang tidak boleh mengatakan: (Seandainya ini tidak terjadi kepadaku) atau (Seandainya tahun ini tidak datang), berdasarkan sabda Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam,

احرص على ما ينفعك واستعن بالله ولا تعجز، وإن أصابك شيء فلا تقل: لو أني فعلت كان كذا وكذا، ولكن قل: قدر الله وما شاء فعل، فإن لو تفتح عمل الشيطان

“Berupayalah dengan sungguh-sungguh untuk melakukan apa yang bermanfaat bagimu dan mohonlah pertolongan kepada Allah serta jangan bersikap lemah. Jika kamu tertimpa musibah, jangan katakan, “Seandainya aku berbuat begini, pasti hasilnya akan lain.” Namun, katakan, “Allah telah menakdirkannya dan apa yang Dia kehendaki pasti Dia lakukan” karena berandai-andai itu membuka pintu bagi setan.”

Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Shahihnya. Larangan tersebut juga karena hal itu sama dengan tidak rida terhadap qada’ dan kadar.

Jawaban 16: Caranya adalah sesuai dengan apa yang di ajarkan Al-Qur’an Al-Karim. (Allah) Ta’ala berfirman,

وَبَشِّرِ الصَّابِرِينَ (155) الَّذِينَ إِذَا أَصَابَتْهُمْ مُصِيبَةٌ قَالُوا إِنَّا لِلَّهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَاجِعُونَ (156) أُولَئِكَ عَلَيْهِمْ صَلَوَاتٌ مِنْ رَبِّهِمْ وَرَحْمَةٌ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُهْتَدُونَ

“Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang bersabar(155) (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun” (sesungguhnya kami milik Allah dan sesungguhnya kami hanya kepada-Nyalah akan kembali).(156) Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah: 155-157)

Dan apa yang di sebutkan oleh Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam dalam sabdanya,

ما من عبد تصيبه مصيبة فيقول: إنا لله، وإنا إليه راجعون، اللهم أجُرني في مصيبتي وأخلف لي خيرًا منها – إلا أَجَرَهُ الله تعالى في مصيبته، وأخلف له خيرًا منها

“Tidak ada seorang hamba pun yang tertimpa musibah lalu dia mengucapkan, “Innaa lillaahi wa innaa ilaihi raaji`uun. Allaahumma’jurni fii mushiibatii wa akhluf lii khairan minha (Sesungguhnya kami adalah milik Allah dan sesungguhnya hanya kepada-Nya kembali. Ya Allah berilah saya pahala karena musibah saya dan gantikanlah ia dengan yang lebih baik darinya),” kecuali Allah Ta’ala memberinya pahala karena musibahnya itu dan menggantikannya dengan yang lebih baik.”

Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `Ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.

Salah satu lajnah ilmiah terkemuka di era sekarang ini, terdiri dari elit ulama senior di Arab Saudi, memiliki kredibilitas tinggi di bidang ilmiah dan keislaman.

Rujukan : Fatwa Nomor 17883

Lainnya

Kirim Pertanyaan