Hadis “Akan Datang Suatu Kaum, Mengamalkan Sepersepuluh Iman Dan Allah Meridhai Mereka” |
Pertanyaan
سيأتي قوم يفعلون عُشر الإيمان ، فيرضى الله عنهم، ولو تركتم أنتم عُشر الإيمان لحاسبكم الله“Akan datang suatu kaum mengamalkan sepersepuluh dari iman, dan Allah meridai mereka. Seandainya kalian meninggalkan iman sepersepuluhnya saja, niscaya Allah akan meminta pertanggungjawaban kepada kalian.”
Apakah makna hadis ini benar? Apakah ini hadis?
Jawaban
Hadis ini diriwayatkan oleh at-Tirmidzi di akhir kitab al-Fitan, melalui Ibrahim bin Ya`kub al-Juzjani dari Nu`aim bin Hamad dengan redaksi,
“Sesungguhnya kalian berada pada zaman yang jika di antara kalian meninggalkan sepersepuluh dari yang diperintahkan Allah, niscaya kalian binasa. Kemudian akan datang suatu zaman, siapa di antara mereka mengamalkan sepersepuluh dari apa yang diperintahkan, niscaya akan selamat.”
At-Tirmidzi berkata, “Hadis ini gharib (aneh, tersendiri). Kami tidak mengenalnya selain hadis riwayat Nu`aim bin Hamad dari Sufyan bin `Uyainah”. Selesai.
Adz-Dzahabi berkata dalam as-Siyar, “Nu`aim meriwayatkan khabar munkar itu sendiri dan dia menukilkannya. Kemudian beliau berkata, “Saya tidak tahu dari mana Nu`aim mendapatkannya sementara Nu`aim mengatakan, “Ini adalah hadis yang mereka tolak.
Sebenarnya saya pernah bersama Sufyan kemudian ada sesuatu yang lewat lalu dia mengingkarinya, kemudian dia menyampaikan hadis ini kepada saya. Adz-Dzahabi berkata, “Aku mengatakan, “Dia jujur tentang pernyataannya bahwa dia mendengar teks khabar itu dari Sufyan.
Yang jelas, dan hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui Sufyan mengatakannya dari dirinya sendiri tanpa sanad. Sebenarnya sanad hadis itu dia katakan untuk hadis yang akan dia riwayatkan.
Tatkala dia melihat kemungkaran, dia kaget dan langsung mengatakan perkataannya setelah membacakan sanad tersebut, lalu Nu`aim mengira bahwa sanad tersebut adalah untuk ungkapan ini. Wallahu ‘A’lam”. Selesai.
Ibnu al-Jawzi menuliskannya dalam “al-Wahiyat”. Dia berkata, “An-Nasa’i berkata, “Ini adalah hadis mungkar, diriwayatkan oleh Nu`aim bin Hamad dan dia tidak dapat dipercaya”.
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.