Bantahan Terhadap Pendapat Mahmud al-Istanbuli Yang Membolehkan Penulisan Mushaf Tanpa Berwudhu

1 menit baca
Bantahan Terhadap Pendapat Mahmud al-Istanbuli Yang Membolehkan Penulisan Mushaf Tanpa Berwudhu
Bantahan Terhadap Pendapat Mahmud al-Istanbuli Yang Membolehkan Penulisan Mushaf Tanpa Berwudhu

Pertanyaan

Dalam sebuah buku berjudul “Tuhfah al-‘Arus” atau “az-Zawaaj al-Islaami al-Sa’iid” karya Mahmud Mahdi al-Istambuli, di halaman 389 ada catatan pinggir di baris kedua belas yang berbunyi: “Terkait dengan topik tentang menyentuh Al-Quran, orang yang sedang junub atau haid tidak dilarang menyentuhnya, sekali pun lebih baik dilakukan dalam kondisi suci. “Dhamir” (kata ganti) dalam Firman Allah Ta`ala,

إِنَّهُ لَقُرْآنٌ كَرِيمٌ (77) فِي كِتَابٍ مَكْنُونٍ (78) لاَ يَمَسُّهُ إِلا الْمُطَهَّرُونَ

“Sesungguhnya Al-Quran ini adalah bacaan yang sangat mulia,(77) Pada kitab yang terpelihara (Lauh Mahfuzh)(78) Tidak menyentuhnya kecuali hamba-hamba yang disucikan.” (QS. Al-Waqi’ah: 77-79)

Tertuju kepada kata “al-Lauh” bukan kata “al-Quran al-Karim”. Di samping itu, maksud dari kata “al-Muthahharun” itu adalah para malaikat, dan kata “Thahir” dalam hadits,

لا يمس القرآن إلا طاهر

“Tidak boleh menyentuh Al-Quran kecuali orang yang suci.”

Bermakna orang yang beriman. Dalam hadits lain juga disebutkan bahwa,

المؤمن لا ينجس

“Orang Mukmin itu tidak najis.”

Mohon jawabannya.

Jawaban

Pendapat buku di atas yang membolehkan orang yang berhadas menyentuh Al-Quran adalah pendapat yang salah. Sebab, hal itu bertentangan dengan sabda Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dalam surat Amr bin Hazm,

لا يمس القرآن إلا طاهر

“Tidak boleh menyentuh Al-Quran kecuali orang yang suci.”

Hal ini sudah disepakati oleh para ulama Islam seperti yang dilansir oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah.

Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `Ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.

Salah satu lajnah ilmiah terkemuka di era sekarang ini, terdiri dari elit ulama senior di Arab Saudi, memiliki kredibilitas tinggi di bidang ilmiah dan keislaman.

Rujukan : Fatwa Nomor 17844

Lainnya

Kirim Pertanyaan