Apa Yang Mesti Dilakukan Terhadap Teman Yang Bermalas-malasan Untuk Melaksanakan Shalat? |
Pertanyaan
Saya memiliki sahabat karib. Saya ingin menasihatinya agar dia mau melakukan shalat, tetapi dia menolaknya dan berkata (dengan menyitir ayat),
إِنَّكَ لاَ تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al-Qashash: 56)
Apa yang harus saya lakukan terhadapnya?
Jawaban
Anda berkewajiban untuk selalu menasihati teman Anda yang tidak shalat. Jika tidak mau menerima, maka jangan temani dia karena meninggalkan shalat hukumnya kafir. Allah Ta’ala telah berfirman,
“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya.” (QS. Al-Mujadilah: 22)
Dan,
” Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadikan musuh-Ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia.” (QS. Al-Mumtahanah: 1)
Komentarnya terhadap nasihat Anda dengan mengutip ayat,
“Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi.” (QS. Al-Qashash: 56)
Adalah penyimpulan yang batil. Sebab, hidayah al-irsyad (bimbingan) mesti dicari, dan makhluk mampu untuk mendapatkannya. Allah Ta’ala berfirman mengenai Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam,
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.”
Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda,
“Seandainya Allah memberikan hidayah kepada seseorang melalui perantara kamu, maka itu jauh lebih baik bagimu dari pada unta merah (harta yang paling baik bagi orang Arab di masa itu).” Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
Yang tidak tercakup dalam ayat kutipan teman Anda itu adalah hidayah at-taufiq (pemberian kekuatan) untuk menerima kebenaran, karena hidayah ini merupakan wewenang Allah Subhanahu wa Ta’ala, seperti dalam firman-Nya,
“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 272)
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.