Siapa yang Mengatakan “Tiada Tuhan Selain Allah dan Muhammad Utusan Allah”, Akan Masuk Surga

5 menit baca
Siapa yang Mengatakan “Tiada Tuhan Selain Allah dan Muhammad Utusan Allah”, Akan Masuk Surga
Siapa yang Mengatakan “Tiada Tuhan Selain Allah dan Muhammad Utusan Allah”, Akan Masuk Surga

Pertanyaan

"Kalimah thayyibah (kalimat yang baik)" adalah seperti yang disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam--Rasul bagi jin dan manusia--dalam sebuah hadis, "Orang yang mengucapkan, 'Tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah', maka akan masuk surga."

Kalimat sempurna ini memiliki dua bagian, yaitu "tiada tuhan" yang berarti penafian (terhadap lainnya), dan "selain Allah" yang bermakna penetapan (eksistensi Allah).

Bagian pertama ini menunjukkan keesaan Allah Ta'ala. Adapun bagian kedua mengenai risalah Muhammad Shallallahu `Alaihi wa Sallam, di dalam kitab apa dapat saya temukan pembahasan ini? Jika keduanya ada di dalam Kitabullah Ta`ala dan hadis-hadis Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam, maka selain itu, dalam kitab apa lagi kedua bagian tersebut dibahas bersama-sama?

Jawaban

Pembahasan mengenai rukun Islam yang pertama ini, dengan kedua bagiannya, sangat banyak didapatkan di dalam Alquran. Bagian pertama, seperti firman Allah Ta`ala,

اَللّٰهُ لَآ اِلٰهَ اِلَّا هُوَۚ اَلْحَيُّ الْقَيُّوْمُ

“Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya)” (QS. Al-Baqarah : 255)

فَاعْلَمْ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا اللَّهُ

“Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Hak) melainkan Allah.” (QS. Muhammad : 19)

Atau dalam ayat,

ذَٰلِكُمُ ٱللَّهُ رَبُّكُمْ ۖ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ۖ خَٰلِقُ كُلِّ شَىْءٍ

“(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kalian; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala sesuatu.” (QS. Al-An’am : 102)

Adapun bagian kedua, terdapat firman Allah Ta`ala,

مُحَمَّدٌ رَّسُوْلُ اللّٰهِ ۗوَالَّذِيْنَ مَعَهٗٓ اَشِدَّاۤءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاۤءُ بَيْنَهُمْ

“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengannya keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka.” (QS. Al-Fath : 29)

وَمَا مُحَمَّدٌ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ ٱلرُّسُلُ

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh beberapa orang rasul telah berlalu sebelumnya.” (QS. Ali ‘Imran : 144)

Adapun dalil dari Sunah terdapat dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, dari Ibnu Umar radhiyallahu `anhuma, bahwa Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam bersabda,

بُنِيَ الإسلامُ على خمسٍ شَهادةِ أن لا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وأنَّ محمَّدًا رسولُ اللَّهِ وإقامِ الصَّلاةِ وإيتاءِ الزَّكاةِ وصَومِ رمضانَ وحجِّ البيتِ لمنِ استطاعَ إليهِ سبيلًا

“Islam dibangun di atas lima pondasi, yaitu: bersaksi bahwa tiada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, membayar zakat, menunaikan haji ke Baitullah, dan berpuasa Ramadhan.” (Muttafaqun ‘Alaihi)

Dalam kitab Shahih Muslim, terdapat riwayat dari dari Umar radhiyallahu `anhu yang berkata,

“Saat kami bersama Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam, tiba-tiba datang seorang lelaki berbaju sangat putih, berambut sangat hitam, dan tidak tampak seperti orang yang telah melakukan perjalanan. Tidak seorang pun dari kami mengenalnya, hingga dia mendatangi Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam, lalu menyandarkan lututnya pada lutut Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam. Lelaki itu berkata, ‘Wahai Muhammad, kabarkanlah kepadaku tentang Islam!’ Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam berkata, ‘Kesaksian bahwa tidak ada tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, mendirikan shalat, menunaikan zakat, berpuasa Ramadhan, serta pergi haji ke Baitullah jika mampu menunaikannya.’ Dia berkata, ‘Kamu benar.’ Kami kaget mendengarnya, karena dia bertanya tetapi membenarkannya sendiri. Dia bertanya lagi, ‘Kabarkanlah kepadaku tentang iman!’ Beliau berkata, ‘Kamu beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, Hari Kiamat, serta takdir baik dan buruk.’ Dia berkata, ‘Kamu benar.’ Kemudian, dia berkata lagi, ‘Kabarkanlah kepadaku tentang ihsan!’ Beliau menjawab, ‘Kamu menyembah Allah seolah-olah kamu melihat-Nya. Karena kamu tidak dapat melihat-Nya, maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Dia melihatmu.’ Dia bertanya lagi, ‘Kapankah Hari Kiamat itu?’ Beliau menjawab, ‘Orang yang ditanya tidak lebih tahu daripada orang yang bertanya.’ Dia bertanya, ‘Lalu kabarkanlah kepadaku tentang tanda-tandanya?’ Beliau menjawab, ‘Di antara tanda-tanda Kiamat, adanya seorang budak yang melahirkan majikannya (anak yang memperbudak orang tuanya), adanya orang yang tidak beralas kaki, tidak berpakaian, miskin, penggembala kambing, tetapi bermegah-megahan dalam membuat bangunan.’ Kemudian lelaki yang bertanya itu pergi. Sementara itu, aku masih saja terheran-heran. Kemudian Rasulullah berkata, ‘Wahai Umar, tahukah kamu siapa orang itu?’ Aku menjawab, ‘Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.’ Beliau bersabda, ‘Itu Jibril. Dia mendatangi kalian untuk mengajarkan tentang pengetahuan agama.'” [HR. Muslim : 8]

Dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, `Ubadah bin ash-Shamit radhiyallahu `anhu mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam bersabda,

مَنْ شهِد أنْ لا إله إلا الله وحده لا شرِيك له وأنَّ محمَّدا عبده ورسُولُه، وأنَّ عِيسى عبدُ الله ورسُولُه وكَلِمَتُه أَلقَاها إِلى مريم ورُوُحٌ مِنه، والجنَّة حَقٌّ والنَّار حقٌّ، أَدْخَلَه الله الجنَّة على ما كان مِنَ العمَل

“Orang yang bersaksi bahwa: tiada tuhan selain Allah dan tiada sekutu bagi-Nya, Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, Isa adalah hamba, utusan, kalimat, dan ruh ciptaan Allah yang dianugerahkan kepada Maryam, dan surga dan neraka itu sungguh benar-benar ada, maka Allah akan memasukkannya ke surga sesuai amalannya.” [Muttafaqun ‘alaih]

Dalam dalam sunan Abu Daud, Anas radhiyallahu `anhu mengatakan bahwa Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam bersabda,

أُمِرتُ أن أقاتلَ النَّاسَ حتَّى يَشهَدوا أن لا إلَهَ إلَّا اللَّهُ وأنَّ مُحمَّدًا عبدُهُ ورسولُهُ وأن يستَقبِلوا قِبلتَنا وأن يأكُلوا ذَبيحتَنا وأن يُصلُّوا صلاتَنا فإذا فعلوا ذلِكَ حُرِّمَت علَينا دماؤُهُم وأموالُهُم إلَّا بحقِّها لَهُم ما للمسلِمينَ وعلَيهم ما علَى المسلِمينَ

“Aku diperintahkan untuk memerangi orang-orang hingga mereka mengucapkan ‘tiada tuhan selain Allah’. Apabila mereka telah mengucapkannya, menunaikan shalat seperti yang kami laksanakan, menghadap ke kiblat kami, dan menyembelih hewan seperti yang kami lakukan, maka darah dan harta mereka haram bagi kami kecuali yang ditetapkan oleh syariat. Allah yang membuat perhitungan terhadap mereka.” (HR. Abu Daud : 2271)

Di dalam Shahih Bukhari dan Shahih Muslim terdapat hadits Itban radhiyallahu ‘anhu yang diriwayatkan secara marfu’ (dinisbatkan kepada Rasulullah),

فَإِنَّ اللَّهَ حَرَّمَ عَلَى النَّارِ مَنْ قَالَ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ يَبْتَغِى بِذَلِكَ وَجْهَ اللَّهِ

“Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang yang mengucapkan ‘tiada tuhan selain Allah’ sambil mengharap ridha-Nya.” (Muttafaqun ‘alaihi)

Hadis-hadits di atas, dan riwayat lain yang semakna dengannya, telah dijelaskan oleh para ulama. Menurut mereka, orang yang mengucapkan kedua kalimat syahadat dan istiqamah menjalankan konsekuensi dari kedua kalimat itu, seperti melaksanakan ibadah-ibadah fardu, meninggalkan hal-hal yang diharamkan, dan ikhlas beribadah kepada Allah semata, maka Allah akan memasukkannya ke dalam surga.

Sementara itu, apabila orang yang penuh dengan kemaksiatan meninggal dunia sebelum bertobat, tetapi dia tidak melakukan perbuatan syirik, maka dia bergantung kepada kehendak Allah. Jika Allah Subhanahu wa Ta’ala mau, maka orang itu akan diampuni dan dimasukkan ke dalam surga asalkan mempunyai amal saleh. Jika Allah berkehendak, orang itu akan disiksa sesuai dengan kadar kemaksiatan yang diperbuat, kemudian dimasukkan ke dalam surga.

Ini telah dijelaskan dalam hadits-hadits yang diriwayatkan secara mutawatir (oleh banyak rawi dalam satu periode), dari Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam.

Selain itu, ayat Alquran telah saling menjelaskan satu sama lain, demkian juga Sunah. Allah Ta`ala berfirman,

اِنَّ اللّٰهَ لَا يَغْفِرُ اَنْ يُّشْرَكَ بِهٖ وَيَغْفِرُ مَا دُوْنَ ذٰلِكَ لِمَنْ يَّشَاۤءُ

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya” (QS. An-Nisa’ : 48)

(Ayat diatas) adalah untuk orang-orang yang tidak bertobat.

Sementara itu, firman Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berbunyi,

قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا

“Katakanlah: “Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya”.” (QS. Az-Zumar : 53)

(Ayat diatas) adalah untuk orang-orang yang bertobat, menurut ijmak ulama.

Ini adalah pendapat Ahlussunnah wal Jamaah, dari para shahabat Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam dan para ulama yang menapaki jalan mereka, seperti empat imam fikih dan pengikut-pengikut mereka.

Wabillahittaufiq, wa Shallallahu ‘Ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.

Salah satu lajnah ilmiah terkemuka di era sekarang ini, terdiri dari elit ulama senior di Arab Saudi, memiliki kredibilitas tinggi di bidang ilmiah dan keislaman.

Rujukan : Fatwa Nomor 7701

Lainnya

  • Boleh hukumnya memberikan daging kurban dan hal lainnya kepada non-muslim selama mereka tidak memerangi kita; sesuai firman Allah Taala,...
  • Seluruh akidah, hukum ibadah dan muamalat yang Allah syariatkan kepada para hamba-Nya, tidak ada satu pun yang membahayakan mereka....
  • Keluarga mayit membuat makanan adalah termasuk bid’ah. Orang-orang salaf menganggapnya termasuk berkabung. Padahal menurut sunnah, makanan seharusnya dibuat dan...
  • Dzikir bersama dengan satu suara dari sekelompok orang adalah bidah, baik dilakukan di dalam masjid maupun di tempat lainnya,...
  • Ba’ tidak boleh dipanjangkan dalam takbir, baik dalam adzan maupun di luar adzan, karena hal itu merusak makna. Jika...
  • Khilafah setelah Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dialihkan kepada Abu Bakar kemudian Umar kemudian Utsman kemudian Ali Radhiyallahu `Anhum....

Kirim Pertanyaan