Hukum Menyembelih Untuk Selain Allah serta Meminta Pertolongan kepada Orang-orang Mati dan Orang-orang Hidup yang Tidak Ada di Tempat |
Pertanyaan
Di negara saya ada banyak tokoh agama (pemimpin tarekat) yang melakukan perbuatan-perbuatan di antaranya: mereka memukul-mukul rebana, pergi ke kuburan, menyembelih kambing, unta, dan sapi di atas kuburan tersebut, serta memasak makanan. Apakah hal ini merupakan perbuatan yang diharamkan atau tidak?
Mereka membangun kubah di luar kota dan memukul-mukul rebana dan gendang di tempat tersebut serta meninggikan suara sambil berkata: "Wahai Syaikh Jilani berilah pertolongan kepada kami", dan juga kepada syaikh-syaikh yang lain.
Mereka mendatangi orang-orang dan mengambil harta mereka seraya mengatakan: ziarah ke makam Syaikh Fulan dan lain sebagainya.
Apabila ada orang sakit, ia dibawa ke para tokoh agama tersebut, lantas mereka membacakan ayat-ayat Al-Quran, setelah itu berkata: "Hendaklah kamu datang membawa domba, lembu, unta atau hewan-hewan ternak lainnya".
Dalam setahun orang-orang memberikan banyak harta kepada mereka dan mendatangi mereka. Apakah hal ini termasuk perkara yang diharamkan dalam agama kita?
Jawaban
Pertama: Tidak diperbolehkan menyembelih unta, sapi, kambing atau yang lainnya di atas kuburan. Bahkan hal itu merupakan bentuk kesyirikan yang dapat mengeluarkan dari agama Islam, jika mereka bermaksud mendekatkan diri kepadanya dengan penyembelihan tersebut dan mengharap berkah darinya.
Karena sesungguhnya mendekatkan diri dengan menyembelih hewan tertentu itu tidak boleh dilakukan kecuali hanya untuk Allah. Allah Ta’ala berfirman:
“Katakanlah: “Sesungguhnya shalat, ibadah, hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam”. Tiada sekutu bagi-Nya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)”.” (QS. Al-An’am : 162-163)
Adapun memukul-mukul rebana itu tidak diperbolehkan bagi kaum laki-laki, tetapi diperbolehkan bagi kaum wanita dalam acara pernikahan sebagai sarana untuk mengumumkan pernikahan tersebut.
Kedua: Meminta pertolongan kepada orang yang telah meninggal atau kepada mereka yang masih hidup baik itu dari golongan jin, malaikat maupun manusia serta berdoa kepada mereka untuk mendatangkan manfaat atau menolak bahaya adalah termasuk syirik besar yang dapat mengeluarkan seseorang dari Islam, Allah Ta’ala berfirman:
“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim”. Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya.” (QS. Yunus : 106-107)
Adapun memukul gendang, maka tidak diperbolehkan baik bagi kaum laki-laki maupun wanita.
Ketiga: Kunjungan para pemimpin tarekat sufi kepada para muridnya untuk mengambil hartanya adalah sama dengan mengemis dan makan harta dengan cara yang batil.
Orang yang mampu menasehati dan mempunyai kekuasaan terhadap mereka seharusnya menasehati mereka dan juga para muridnya sehingga mereka tidak menyerahkan harta mereka kecuali berdasarkan ketentuan ajaran agama.
Keempat: Meruqyah orang sakit dengan membacakan ayat Al-Quran, zikir, dan doa yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam adalah hal yang disyari`atkan. Adapun mendatangi orang yang Anda sebutkan agar ia membacakan bait-bait (sya’ir) serta memerintahkan untuk menyembelih domba atau lembu misalnya, maka hal itu tidak diperbolehkan.
Karena hal itu termasuk ruqyah yang bid’ah dan termasuk makan harta dengan cara yang batil. Bahkan bisa jadi termasuk perbuatan syirik apabila hewan yang disembelih itu ditujukan kepada jin atau orang yang telah meninggal dan yang semisalnya untuk menolak mudharat atau mendatangkan manfaat dari orang-orang yang telah meninggal dunia tersebut.
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `Ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.