Berdoa dan Meminta Bantuan kepada Selain Allah Seperti Orang-orang Mati dan Orang-orang yang Tidak Ada di Tempat

3 menit baca
Berdoa dan Meminta Bantuan kepada Selain Allah Seperti Orang-orang Mati dan Orang-orang yang Tidak Ada di Tempat
Berdoa dan Meminta Bantuan kepada Selain Allah Seperti Orang-orang Mati dan Orang-orang yang Tidak Ada di Tempat

Pertanyaan

Dewasa ini, kita menyaksikan sekelompok golongan dari kaum Muslimin yang berlebih-lebihan dalam mencintai orang mati.

Mereka berdoa dan meminta kebutuhan-kebutuhan kepada orang-orang mati, mengeluhkan musibah-musibah yang menimpa mereka dengan meyakini bahwa orang-orang mati itu hadir dalam majelis-majelis mereka jika mereka berdoa kepada mereka, dan memberikan solusi atas musibah-musibah yang mereka alami.

Di antara adat umum di kalangan mereka adalah orang-orang berkumpul pada suatu malam di sebuah kamar gelap sambil menyeru Abdul Qadir al-Jilani Radhiyallahu `Anhu, sebanyak seribu kali dengan keyakinan bahwa ia menyuruh mereka melakukan hal itu dan ia akan datang hadir bersama mereka dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan mereka apabila mereka telah melakukannya.

Mereka berdalil atas perbuatan tersebut dengan bait-bait berikut dan membacanya dengan penuh ketaatan, hikmat, cinta dan kerendahan hati. Di antara bait-bait tersebut adalah sebagai berikut:

Wahai pusat penduduk langit dan bumi dan penolong keduanya
Wahai yang melimpahkan air mataku dan hujan lebat kepada mereka serta penolong keduanya
Wahai putra yang tinggi di antara langit dan bumi serta yang mewarisi keduanya
Wahai orang terbaik yang dinamakan Muhyiddin
Wahai penolong yang agung, seluruh masa dan waktu
Wali tertinggi untuk hukum dan kedudukan
Hamba paling fakir dan miskin kepada Tuan
Engkaulah di mana dalam agama disebut Muhyiddin
Engkau mendengar firman Allah yang telah datang kepadamu
Wahai penolong yang agung, mendekatlah untuk berkumpul
Engkaulah Khalifah bagiku di alam semesta yang bercahaya
Engkau dinamakan dengan nama yang agung, Muhyiddin

Dan di antaranya:

Barangsiapa memanggil namaku sebanyak seribu kali dalam khalwatnya
Dengan sungguh-sungguh dan penuh keteguhan pasti akan aku maafkan
Ku akan menjawab doanya dengan segera mungkin
Berserulah, Wahai Abdul Qadir Muhyiddin
Wahai penolong agung Abdul Qadir, segeralah datang!
Wahai Tuanku, datanglah kepadaku, Wahai Muhyiddin

Dan di antaranya pula:

Wahai Tuanku, penopangku bantuanku, dan Wahai penolongku
Jadilah penolong bagiku atas musuh-musuh
Penolong harga diriku dan ambillah kedua tangan dan pertolonganku
Khalifah Allah bagi kami, Muhyiddin
Gua orang terserat, ketenangan hati yang gundah
Tempat tumpuan orang lemah, tanggungan maksud nazar
Pertolongan yang berada di laut seumpama kesialan
Wahai Tuan dari semua Tuan, Abdul Qadir

Mereka membaca bait-bait ini lalu menyeru Muhyiddin Abdul Qadir sebanyak seribu kali.

Kami mendapati sebuah kuburan wali di sebuah desa (an-Nahur) dan sejumlah kaum Muslimin memanggil-manggilnya dengan penuh hikmat dan ketundukan dalam beberapa majelis, dengan bait-bait syair berikut:

Wahai pemilik sumber, jadilah penolong bagiku
Dalam penglihatan, anggota badan dan penglihatan yang terbaik
Yang berumur panjang, bukan umur yang pendek
Wahai yang memiliki segala kebaikan, Abdul Qadir
Jadilah kenikmatan bagiku pada hari orang berbahagia
Untuk kepedihan dunia pada hari kiamat

Dan bait-bait yang semisalnya banyak sekali. Satu bait pun dari bait-bait tersebut tidak pernah mereka tinggalkan, sementara ayat-ayat Al-Qur`an mereka tinggalkan. Mereka membaca bait-bait ini di setiap acara dan perayaan. Orang yang dikenal pakar dalam ilmu agama ikut bergabung dan membolehkannya.

Saya memohon supaya Anda memikirkan makna bait-bait ini kemudian menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut dengan dalil-dalil dari Al-Qur`an Al-Karim dan Sunnah Nabi yang mulia dengan jawaban yang jelas supaya kami bisa menyebarkannya kepada kaum Muslimin. Ini bertujuan agar yang benar itu nampak dan yang batil itu sirna, serta agar mereka mendapat petunjuk.

Pertanyaan 1: Apakah boleh seorang Muslim membaca bait-bait tersebut dan yang semisalnya sebagai amal ibadah serta meyakini apa yang terkandung dalam maknanya?

Pertanyaan 2: Apakah boleh seorang Muslim menyeru Abdul Qadir al-Jilani Radhiyallahu `Anhu, sebanyak seribu kali di ruang gelap penuh hikmat dan ketaatan serta meminta kehadirannya?

Pertanyaan 3: Apa hukumnya bagi orang yang melakukannya?

Pertanyaan 4: Apakah boleh seorang Muslim salat bermakmum kepada orang yang meyakini keyakinan tersebut dan berpartisipasi dalam acara-acara tersebut serta apa kewajiban kaum Muslimin terhadap mereka?

Jawaban

Pertama: Doa kepada selain Allah seperti orang-orang mati dan orang-orang yang tidak ada di tempat serta meminta pertolongan kepada mereka untuk menghilangkan keresahan, menghindari musibah, atau penyakitnya disembuhkan atau semisal itu adalah syirik.

Karena doa dan permintaan bantuan ini adalah sebuah ibadah dan pengabdian. Oleh karena itu, mengharapkan semua itu hanya kepada Allah semata merupakan tauhid, sedangkan berpaling kepada selain-Nya merupakan syirik besar.

Di antaranya adalah membaca doa yang terdapat dalam pertanyaan dan yang semisalnya serta meyakini makna yang terkandung di dalamnya. Perbuatan seperti ini merupakan syirik besar yang mengeluarkan pelakunya dari agama Islam – semoga kita dilindungi Allah dari itu – Allah Ta`ala berfirman:

وَلاَ تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لاَ يَنْفَعُكَ وَلاَ يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلا كَاشِفَ لَهُ إِلا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلا رَادَّ لِفَضْلِهِ يُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim”. Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yunus : 106-107)

dan Dia berfirman:

وَأَنَّ الْمَسَاجِدَ لِلَّهِ فَلا تَدْعُوا مَعَ اللَّهِ أَحَدًا

“Dan sesungguhnya masjid-masjid itu adalah kepunyaan Allah. Maka janganlah kamu menyembah seseorangpun di dalamnya di samping (menyembah) Allah.” (QS. Al-Jin : 18)

juga berfirman:

وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آخَرَ لاَ بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ إِنَّهُ لاَ يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ

“Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, padahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhnya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang kafir itu tiada beruntung.” (QS. Al-Mu’minun : 117)

dan ayat-ayat lain yang menunjukkan kekhususan Allah untuk dimintai pertolongan dan berdoa kepada-Nya semata. Ada riwayat shahih yang menyebutkan bahwasanya Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam bersabda:

إذا سألت فاسأل الله، وإذا استعنت فاستعن بالله

“Jika kamu meminta, maka mintalah kepada Allah dan jika kamu meminta pertolongan, maka mintalah pertolongan kepada Allah”

Kedua: Dengan demikian tidak boleh seorang Muslim menyeru Syaikh Abdul Qadir al-Jailani, dan tidak pula yang lainnya, baik ia seorang nabi maupun orang saleh, supaya ia hadir atau menolong orang yang teraniaya, menghilangkan musibah, memberikan berkahnya kepada orang-orang yang hadir, atau tujuan-tujuan lainnya.

Berdoa kepadanya adalah syirik besar, sedangkan orang yang menjadi obyek doa tersebut berlepas diri dari orang yang berdoa kepadanya dan tidak pula mendengar serta menjawab doanya, sebagaimana firman Allah Ta`ala setelah menyebutkan ayat-ayat Rububiyyah:

ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ إِنْ تَدْعُوهُمْ لاَ يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ وَلاَ يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ

“Yang (berbuat) demikian Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari. Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagaimana yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui.” (QS. Fathir : 13-14)

Ketiga: Dari paparan di atas dapat diketahui: bahwa orang yang melakukan hal itu dan mengaku dirinya seorang muslim, maka ia telah melakukan syirik besar berdasarkan Al-Quran dan Sunnah Nabi-Nya Shallallahu `Alaihi wa Sallam.

Keempat: Berdasarkan hal itu: tidak sah shalat bermakmum kepadanya, karena ia telah melakukan syirik besar yang mengeluarkannya dari agama Islam.

Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `Ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.

Salah satu lajnah ilmiah terkemuka di era sekarang ini, terdiri dari elit ulama senior di Arab Saudi, memiliki kredibilitas tinggi di bidang ilmiah dan keislaman.

Rujukan : Fatwa Nomor (3068)

Lainnya

Kirim Pertanyaan