Apakah Ada Selain Allah yang Dapat Menghilangkan Kegundahan, Kegelisahan, dan Menolak Musibah?

4 menit baca
Apakah Ada Selain Allah yang Dapat Menghilangkan Kegundahan, Kegelisahan, dan Menolak Musibah?
Apakah Ada Selain Allah yang Dapat Menghilangkan Kegundahan, Kegelisahan, dan Menolak Musibah?

Pertanyaan

Apakah ada selain Allah yang mampu menghapuskan kegundahan, kegelisahan, dan menolak musibah? Pertanyaan ini memuat sepuluh pertanyaan turunan.

Dalam banyak mazhab, kami juga menemukan sebuah pertanyaan (yang mirip), yaitu apakah ada selain Allah yang dapat menghapuskan kesulitan? Pertanyaan yang disampaikan itu sangat krusial bagi mereka, tetapi kami tidak melihat ada seorang pun yang menjawabnya dengan tegas.

Ini berpotensi memunculkan pemikiran untuk mencari pemahaman yang berbeda tentang bagaimana selain Allah dapat menghapuskan berbagai macam kesulitan. Pertanyaan ini dilontarkan dalam bentuk yang berbeda-beda. Oleh karena itulah, para ulama diminta untuk menjawabnya demi memberikan jawaban yang memuaskan. Misalnya, (bagaimana jika) seseorang di antara kami, sebut saja namanya Zaid, ingin agar kesulitan dan kegelisahannya hilang, lalu dia meminta kepada selain Allah untuk menyelesaikan masalahnya?

1. Jika ada selain Allah yang mampu menghilangkan kesulitan, maka siapakah dia yang dapat mendengar dan memenuhi doa seseorang pada jarak yang hanya diketahui oleh Allah (jarak yang sangat jauh), baik ketika dia hidup maupun setelah meninggal di dalam kuburnya?

2. Seandainya kita asumsikan bahwa entitas selain Allah tersebut mendengar permintaan seseorang dengan jarak yang sangat jauh, maka timbul pertanyaan lain, yaitu apakah dia dapat memahami seluruh bahasa para penduduk dunia saat mereka berdoa kepadanya dalam bahasa yang berbeda-beda seperti Jerman, Inggris, dan lain-lain?

3. Jika jawabannya adalah benar bahwa dia dapat memahami bahasa seluruh penghuni bumi, maka akan muncul pertanyaan lain lagi, yaitu apabila jutaan orang dalam waktu yang sama mengadukan keinginan mereka dengan bahasa yang berbeda-beda, apakah dia mampu mendengar semua pengaduan itu dan mengabulkan semua permintaan dalam waktu bersamaan? Ataukah dia perlu menentukan waktu khusus dan berbeda-beda untuk memecahkan permasalahan setiap orang secara bergantian satu per satu?

4. Apakah entitas yang menjadi tempat mereka meminta itu dapat tidur, atau tidak mengantuk dan tidak tidur sama sekali? Apabila dia juga tidur, tentu sepatutnya kita memiliki jadwal yang menjelaskan waktu istirahat, waktu tidur, dan waktu terjaganya. Ataukah dia dapat mendengar ketika tidur?

5. Ada orang-orang yang memiliki kebutuhan tetapi tidak mampu berbicara dan menyampaikan keinginan mereka secara lisan sehingga mereka mengungkapkannya dalam hati, lalu apakah entitas selain Allah itu dapat mengabulkan permintaan mereka yang disampaikan dengan hati, atau tidak?

6. Manusia--sejak dari buaian hingga masuk ke liang lahat--selalu menghadapi berbagai kesulitan, baik masalah kecil maupun besar. Jika Allah yang memecahkan semua kesulitan yang dihadapi manusia, tentu manusia tidak perlu kembali kepada selain Allah. Jika selain Allah dapat mengeluarkan manusia dari berbagai kesulitan ini, maka apa gunanya kembali kepada Allah?

7. Jika entitas selain Allah itu tidak mampu memecahkan semua kesulitan, maka tentunya sebagian akan diselesaikan oleh Tuhan semesta alam (Allah) dan sebagiannya lagi dipecahkan oleh entitas selain-Nya. Itu berarti bahwa orang yang memiliki problem harus menyusun dan memilah daftar kesulitan yang hanya akan dipecahkan oleh Allah dan yang hanya diselesaikan oleh selain Allah. Dengan demikian, dia tidak perlu mengajukan kepada Allah kesulitan yang akan dipecahkan oleh selain Allah, dan sebaliknya.

8. Apakah sosok yang menghilangkan dan menghapuskan kesulitan manusia juga mampu mendatangkan kesulitan kepada mereka? Ataukah dia hanya menghapuskan saja, tetapi tidak bisa mendatangkannya? Apabila dia hanya menghapuskan kesulitan, lalu siapakah yang mendatangkan kesulitan?

9. Kesimpulannya, seandainya Allah yang mendatangkan kesulitan dan entitas selain Dia yang menghapuskannya, maka siapa yang akan menang jika Allah ingin mendatangkan kesulitan sedangkan yang lain ingin menolaknya, tetapi keduanya sama-sama bersikeras untuk merealisasikan kehendaknya?

10. Apabila ingin mensalati orang yang baik atau jahat, maka kepada siapa memohonkan ampunan untuknya?

Jawaban

Sesungguhnya hanya Allah Ta`ala yang tidak diserang rasa kantuk dan tidur. Hanya Dia yang dapat mendengar doa manusia di mana pun mereka berada, dan memahami bahasa apa pun yang mereka gunakan. Bahkan Allah juga yang mengabulkan doa yang mereka sampaikan dalam kondisi apa pun, baik mereka adalah makhluk yang berakal atau bukan.

Hanya Dia yang dapat mendatangkan keburukan dan mendatangkan kebaikan secara hakiki. Adapun yang terjadi karena selain Dia, maka itu karena Allah memberi sebab-sebab pada hamba-Nya dan membuat mereka mampu melakukan hal tersebut berkat taufik dari-Nya.

Dia juga yang membuat akibat atau efek dari perbuatan itu. Seorang dokter, misalnya, dapat mendiagnosa penyakit dan menentukan obatnya berkat taufik dari Allah, lalu Allahlah yang memberikan kesembuhan.

Petani juga dapat membajak tanah, menebar benih, serta mengairinya dengan bimbingan dan taufik dari Allah. Namun Allahlah yang menetapkan hasilnya, mewujudkan akibatnya dengan menumbuhkan tanaman dan pepohonan, serta memunculkan biji dan buah-buahan. Masih banyak contoh lain dalam hal ini.

1. Berdasarkan hal di atas, maka tidak ada siapa pun selain Allah yang dapat menghapuskan kesulitan secara hakiki, meskipun terkadang ada orang yang dijadikan sebagai sebab bagi hal tersebut, seperti dokter dan petani.

Sehingga pada hakikatnya yang menghapuskan kesulitan adalah Allah, melalui sebab makhluk, dengan taufik dari-Nya. Tidak ada satu pun selain Allah yang mendengar doa seseorang dari jarak jauh lalu mengabulkannya.

Demikian pula dengan jenazah (di dalam kuburan) tidak dapat mendengar seseorang yang berdoa dan memohon kepadanya. Seandainya pun selain Allah itu dapat mendengarnya, niscaya dia tidak akan mampu untuk mengabulkannya. Allah Ta’ala berfirman,

ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَهُ الْمُلْكُ وَالَّذِينَ تَدْعُونَ مِنْ دُونِهِ مَا يَمْلِكُونَ مِنْ قِطْمِيرٍ إِنْ تَدْعُوهُمْ لاَ يَسْمَعُوا دُعَاءَكُمْ وَلَوْ سَمِعُوا مَا اسْتَجَابُوا لَكُمْ وَيَوْمَ الْقِيَامَةِ يَكْفُرُونَ بِشِرْكِكُمْ وَلاَ يُنَبِّئُكَ مِثْلُ خَبِيرٍ

“Yang (berbuat) demikian Allah Tuhanmu, kepunyaan-Nyalah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari.(13) Jika kamu menyeru mereka, mereka tiada mendengar seruanmu; dan kalau mereka mendengar, mereka tidak dapat memperkenankan permintaanmu. Dan di hari kiamat mereka akan mengingkari kemusyrikanmu dan tidak ada yang dapat memberikan keterangan kepadamu sebagaimana yang diberikan oleh Yang Maha Mengetahui.” (QS. Fathir : 13-14)

2. Tidak ada seorang pun yang mengetahui seluruh bahasa makhluk kecuali Allah, sehingga tidak ada satu makhluk pun yang dapat mendengar permintaan semua orang dan memahami apa yang mereka katakan, apalagi mengabulkan permintaan mereka.

3. Seandainya ada selain Allah yang mengetahui semua bahasa manusia di dunia ini–yang memang mustahil terjadi–, maka dia tidak akan mampu mendengar seluruh doa mereka jika mereka disampaikan dalam satu waktu, apalagi merealisasikannya dalam satu waktu juga, dengan perbedaan kebutuhan mereka dan jauhnya tempat masing-masing.

4. Manusia dan makhluk apa pun tidak mampu setiap saat mendengarkan permintaan semua orang dan mengabulkannya, karena tabiat manusia adalah lupa, lalai, lemah, dan (perlu) tidur, sedangkan kebutuhan, permintaan, dan doa akan terus datang. Dengan demikian, tidak ada yang mampu merealisasikan semuanya kecuali Dzat Yang Mahahidup, tidak pernah mengantuk, dan tidak pernah tidur.

5. Tidak ada satu pun yang mengetahui permintaan atau keperluan di dalam hati seseorang kecuali Allah. Oleh karena itu, tidak mungkin selain Allah Ta`ala dapat mewujudkan keinginan manusia, jika tidak berdoa dengan lisan secara langsung.

6, 7, 8, 9, 10. Dari penjelasan di atas, jelas pula bahwa tidak ada yang dapat menghapuskan kesulitan secara hakiki kecuali Allah, dan tidak ada yang memberikan kebaikan secara hakiki kecuali Allah.

Ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala,

وَلاَ تَدْعُ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لاَ يَنْفَعُكَ وَلاَ يَضُرُّكَ فَإِنْ فَعَلْتَ فَإِنَّكَ إِذًا مِنَ الظَّالِمِينَ وَإِنْ يَمْسَسْكَ اللَّهُ بِضُرٍّ فَلا كَاشِفَ لَهُ إِلا هُوَ وَإِنْ يُرِدْكَ بِخَيْرٍ فَلا رَادَّ لِفَضْلِهِ يُصِيبُ بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ وَهُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ

“Dan janganlah kamu menyembah apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian) itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim”. Jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia. Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Yunus : 106-107)

Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.

Salah satu lajnah ilmiah terkemuka di era sekarang ini, terdiri dari elit ulama senior di Arab Saudi, memiliki kredibilitas tinggi di bidang ilmiah dan keislaman.

Rujukan : Fatwa Nomor:7366

Lainnya

Kirim Pertanyaan