Izin Kedua Orang Tua dalam Berjihad |
Pertanyaan
Mohon dijelaskan mengenai jihad di jalan Allah. Perlu diketahui bahwa saya adalah anak tertua. Ayah saya sudah wafat dan ibu saya masih ada. Saya mempunyai seorang istri dan beberapa anak. Saya telah meminta persetujuan ibu untuk berjihad, namun beliau menolaknya. Apakah saya boleh berangkat berjihad?
Jawaban
Jihad termasuk amalan yang paling mulia, demikian pula berbuat baik kepada kedua orang tua. Jika seseorang hendak pergi berjihad, maka dia harus meminta izin kepada kedua orang tuanya. Apabila izin telah diperoleh dari kedua orang tua, maka dia boleh berangkat jihad.
Namun jika tidak, maka dia tidak boleh melakukannya. Bahkan, dia harus menaati keduanya. Sebab, taat kepada salah satu dari mereka, atau kedua-duanya, merupakan salah satu bentuk jihad. Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas`ud radhiyallahu `anhu, yang berkata,
“Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam, ‘Amalan apa yang paling dicintai Allah?’ Beliau menjawab, ‘Mendirikan shalat pada waktunya.’ Aku bertanya kembali, ‘Kemudian apa?’ Beliau menjawab, ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Beliau menjawab, ‘Berjihad di jalan Allah.’ Rasulullah menyebutkan tiga hal itu kepada saya. Andai saya bertanya lagi, niscaya beliau menambah jawabannya.” (Muttafaq `Alaih)
Dari Abdullah bin `Amr radhiyallahu `anhuma mengatakan bahwa,
“Seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam meminta izin kepada beliau untuk ikut berjihad. Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam bertanya kepadanya, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” Dia menjawab, “Ya.” Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam berkata kepadanya, “Berjihadlah (dengan berbakti) kepada keduanya.” (HR. Bukhari, Nasa’i, Abu Dawud, dan Tirmidzi) Tirmidzi memandangnya sebagai hadits sahih.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa,
“Seorang shahabat menemui Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam seraya berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku datang untuk berjihad bersama engkau. Ketika aku datang, kedua orang tuaku dalam keadaan menangis.” Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam bersabda, “Kembalilah kepada kedua orangtuamu. Buatlah mereka berdua tertawa sebagaimana engkau telah membuat mereka berdua menangis.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).
Diriwayatkan dari Abu Said radhiyallahu `anhu,
“Ada seseorang yang datang dari Yaman untuk berhijrah kepada Rasulullah. Rasulullah bertanya, “Apakah kamu mempunyai keluarga di Yaman?” Dia menjawab, “Kedua orang tuaku.” Rasulullah bertanya, “Apakah mereka mengizinkanmu?” Dia menjawab, “Tidak.” Rasulullah bersabda, “Pulanglah dan mintalah izin kepada keduanya. Jika mereka mengizinkanmu, maka boleh kamu berjihad. Namun jika tidak mengizinkan, maka berbaktilah kepada keduanya.” (HR. Abu Dawud).
Dari Muawiyah bin Jahimah as-Sulami,
“Bahwa Jahimah datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, saya ingin berjihad. Saya datang kepadamu untuk meminta pertimbangan.” Nabi menjawab “Apakah kamu mempunyai seorang ibu?” Dia menjawab, “Iya.” Beliau bersabda, “Tetap berbaktilah kepadanya, karena surga ada di kedua kakinya.” (HR. Ahmad dan Nasa’i).
Semua dalil yang disebutkan di atas, juga yang semakna dengannya, adalah bagi orang yang memang tidak wajib berjihad.
Akan tetapi, jika dirinya sudah masuk kualifikasi wajib berjihad, maka meninggalkannya dianggap kemaksiatan. Tidak ada ketaatan kepada makhluk untuk bermaksiat kepada Allah.
Di antara jihad yang wajib adalah jika sudah berada di antara dua kelompok perang (medan jihad) atau telah mendapatkan seruan dari pemimpin.
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.