Bagaimana Tata Cara Menentukan Waktu Shalat Wajib ? |
Pertanyaan
Bagaimana tata cara menentukan waktu salat wajib ?
Jawaban
Waktu shalat sudah sangat diketahui di dalam agama Islam yang dinukil oleh setiap generasi dari para pendahulunya hingga sampai ke Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam.
Para ulama sepakat bahwa waktu untuk shalat lima waktu sudah ditentukan. Hal itu telah dijelaskan oleh banyak hadits shahih yang secara keseluruhan telah menjelaskan bahwa waktu shalat Zuhur adalah dari tergelincirnya matahari hingga bayangan benda menjadi sama seperti bendanya.
Waktu Ashar adalah ketika bayangan benda sama dengan bendanya hingga menjadi lebih panjang dua kali lipat bendanya. Ini adalah waktu ikhtiyar untuk shalat Ashar, sedangkan untuk waktu ithtirar (terpaksa), maka batas waktunya adalah dari menguningnya sinar matahari sampai sebatas cukup menunaikan satu rakaat sebelum matahari terbenam, berdasarkan sabda Nabi Muhammad Shallallahu `Alaihi wa Sallam :
“Barangsiapa mendapati satu rakaat sebelum terbenamnya matahari maka dia telah mendapati shalat Ashar.”
Waktu Magrib adalah dari terbenamnya matahari sampai mega merah hilang. Waktu Isya adalah dari saat mega merah hilang sampai pertengahan malam. Ini adalah waktu ikhtiyar untuk shalat Isya, sedangkan waktu ithtirarnya adalah dari pertengahan malam sampai terbitnya fajar. Waktu shalat Subuh adalah dari terbitnya fajar sadik sampai terbitnya matahari. Salah satu hadits yang menjelaskan akan hal itu adalah:
1 – Hadits dalam kitab Shahih Bukhari dan Shahih Muslim bahwa Umar bin Abdul Aziz pernah mengakhirkan sedikit waktu shalat Ashar, lantas `Urwah bin az-Zubair berkata kepadanya: ” Jibril pernah turun dan shalat di depan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam”. Lantas, Umar menjawab: “Beritahu lebih rinci mengenai apa yang kamu katakan, `Urwah!”. Dia berkata: “Aku telah mendengar Basyir bin Abu Mas’ud berkata: aku telah mendengar Abu Mas’ud berkata: aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam bersabda :
“Jibril turun lantas menjadi imam shalatku. Aku shalat bersamanya, kemudian aku shalat bersamanya, kemudian aku shalat bersamanya, kemudian aku shalat bersamanya, kemudian aku shalat bersamanya”. Beliau menghitung dengan jari-jari beliau sebanyak lima kali shalat.” (HR. Muslim)
2 – Hadits yang menjelaskan detail mengenai Jibril Alaihis Salam menjadi imam Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang diriwayatkan oleh Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa’i, dan selain mereka, redaksi Nasa’i dari Jabir bin Abdullah,
“bahwasanya Jibril mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk mengajari beliau mengenai waktu-waktu shalat. Jibril berdiri di muka dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berada di belakangnya, sedangkan orang-orang berada di belakang Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Jibril pun shalat Zuhur saat matahari tergelincir. Setelah itu dia mendatangi beliau saat bayangan seseorang sama dengan dirinya. Lantas dia melakukan seperti yang telah dia lakukan sebelumnya. Jibril berdiri di muka dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di belakangnya, sedangkan orang-orang berada di belakang beliau. Jibril pun shalat Ashar. Kemudian dia mendatangi beliau saat matahari tenggelam. Jibril berdiri di muka dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di belakangnya, sedangkan orang-orang berada di belakang beliau. Jibril pun shalat Magrib. Kemudian dia mendatangi beliau tatkala mega merah hilang. Jibril berdiri di muka dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berada di belakangnya, sedangkan orang-orang berada di belakang beliau. Jibril pun shalat Isya. Kemudian dia mendatangi beliau saat terbit fajar. Jibril berdiri di muka dan Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam di belakangnya, sedangkan orang-orang di belakangan beliau. Jibril pun dia shalat Subuh. Kemudian Jibril mendatangi beliau pada hari kedua saat bayangan seseorang sama dengan dirinya. Lantas dia melakukan seperti yang kemarin dia lakukan, lantas dia shalat Zuhur. Kemudian dia mendatangi beliau tatkala bayangan seseorang sama seperti dirinya. Lantas dia melakukan seperti yang dia lakukan kemarin, lantas dia shalat Ashar. Kemudian dia mendatangi beliau saat matahari terbenam. Lantas dia melakukan seperti yang dia lakukan kemarin, dia pun shalat Magrib. Kemudian kami tidur lantas bangun, lantas tidur dan bangun lagi. Kemudian dia mendatangi beliau dan melakukan seperti yang dia lakukan kemarin, lantas dia shalat Isya. Kemudian dia mendatangi beliau tatkala langit terang dan bintang-bintang terlihat jelas. Lantas dia melakukan seperti yang dia lakukan kemarin, lantas dia shalat Subuh. Di antara dua shalat ini ada sebuah jeda waktu.”
3 – Diriwayatkan oleh Muslim rahimahullah dari Abdullah bin `Amr radhiyallahu `anhuma bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda
“Waktu Zuhur adalah jika matahari tergelincir dan bayangan seseorang sama dengan panjang dirinya sampai datang waktu Ashar. Waktu Ashar adalah sampai matahari menguning. Waktu Magrib adalah sampai mega merah hilang. Waktu Isya adalah sampai pertengahan malam yang tengah (yang kedua). Dan waktu Subuh adalah dari terbitnya fajar hingga terbitnya matahari.”
4 – Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim rahimahulllah dari Abu Hurairah radhiyallahu `anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda:
“Barangsiapa mendapati satu rakaat shalat Subuh sebelum matahari terbit, maka dia telah mendapati shalat Subuh. Dan barangsiapa yang mendapati satu rakaat shalat Ashar sebelum matahari terbenam maka dia telah mendapati shalat Ashar.”
Waktu-waktu ini menjelaskan batasan waktu shalat secara umum untuk seluruh belahan bumi. Setiap negeri mempunyai hukumnya sendiri sesuai waktu tergelincir, terbenam, dan terbitnya matahari, baik waktunya tersebut berdekatan antar shalat atau berjauhan secara permanen atau itu terjadi pada sebagian waktu.
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.