Sabar Atas Sakit Yang Diderita |
Pertanyaan
Apakah penyakit yang diderita oleh manusia itu merupakan hukuman dari Allah atau ujian bagi hamba-Nya? Dan apakah terdapat hadis-hadis yang menjelaskan masalah ini?
Jawaban
Allah Subhanahu wa Ta’ala Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui hal yang maslahat bagi para hamba-Nya. Allah Maha Mengetahui tentang diri mereka. Tidak ada yang tersembunyi dari-Nya.
Allah memberi ujian bagi hamba-hamba-Nya yang beriman dengan berbagai jenis musibah pada diri, anak, orang-orang yang dikasihi dan harta mereka, agar Allah mengetahui -pengetahuan zahir- seorang mukmin yang sabar dan mengharap pahala, sehingga menjadi sebab perolehan pahala yang besar dari Allah dan diketahui orang yang tidak bersabar dari mereka yang berkeluh kesah yang tidak beriman kepada ketetapan Allah atau tidak bersabar atas musibah-musibah yang menimpa, sehingga menjadi sebab bertambahnya murka Allah kepadanya.
Allah Ta’ala berfirman,
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang bersabar.” (QS. Al Baqarah : 155)
Allah juga berfirman,
“Akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin” (QS. Al Baqarah : 177)
Hingga firman-Nya,
“Dan orang-orang yang bersabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya) dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al Baqarah : 177)
Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
“Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan mengujimu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antaramu dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.” (QS. Muhammad : 31)
Pengetahuan zahir adalah pengetahuan yang ada di antara manusia; karena sejak azali Allah telah mengetahui mengenai orang yang bersabar dan yang tidak bersabar.
Selain itu, musibah berupa penyakit, gangguan dan kesedihan merupakan sebab pengguguran kesalahan-kesalahan dan penghapusan dosa-dosa seorang mukmin. Dalam banyak hadits disebutkan bahwa musibah dapat menghapuskan kesalahan-kesalahan.
Diriwayatkan dari Abu Sa`id dan Abu Hurairah radhiyallahu `anhuma, bahwa keduanya mendengar Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam bersabda,
“Tidaklah seorang mukmin ditimpa satu rasa sakit, kelelahan, penyakit atau kesedihan hingga rasa resah gelisah yang dirasakannya kecuali Allah akan menghapus dosa-dosanya karena hal yang dideritanya ini.” (HR. Bukhari, Muslim dan Tirmidzi)
Juga diriwayatkan dari Abdullah bin Mas`ud radhiyallahu `anhu, dia berkata,
“Saya mendatangi Rasulullah Shalallahu `Alaihi wa Sallam ketika beliau sedang sakit keras. Saya usap beliau dengan tanganku lalu saya berkata, “Ya Rasulullah, sakit engkau sangat keras”. Rasulullah Shalallahu `Alaihi wa Sallam menjawab, “Sakit saya saat ini, sama dengan sakit untuk dua orang di antara kalian”. Saya berkata kembali, “Apakah ini sebabnya engkau mendapatkan dua pahala?”. Rasulullah Shalallahu `Alaihi wa Sallam menjawab, “Ya, begitulah, tidak ada satu pun rasa sakit yang menimpa seorang muslim, atau yang lainnya, melainkan Allah akan menghapuskan (menggugurkan) kesalahan-kesalahannya, sebagaimana pohon dapat menggugurkan dedaunannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Memang terkadang penyakit-penyakit atau musibah lainnya merupakan hukuman, namun demikian, hal itu merupakan penghapus dosa bagi yang mendapatkannya jika dia bersabar dan mengharap pahala dari Allah.
Hal ini berdasarkan keumuman nas-nas yang telah disebutkan dan berdasarkan firman Allah,
“dan musibah apa saja yang menimpamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syuura : 30)
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.