Membaca Cerita Dan Mendengarkan Program-program Untuk Mempelajari Bahasa |
Pertanyaan
Saya sudah terbiasa mendengarkan siaran radio-radio luar negeri berbahasa Arab dan siaran radio ‘Nida’ al-Islam (Panggilan Islam) dari Makkah al-Mukarramah.
Tujuan saya mendengarkan adalah untuk memperoleh manfaat dari bahasanya saja, sekalipun dalam beberapa acara tersebut ada beberapa kalimat yang tidak layak.
Bolehkah saya mendengarkan kalimat yang tidak layak itu dengan alasan untuk belajar bahasa Arab, yang merupakan bahasa Alquran dan hadis Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam?
Apakah seorang penuntut ilmu boleh membaca buku-buku cerita untuk belajar bahasa jika dia tidak menemukan buku-buku terkait yang dia butuhkan?
Jawaban
Pertama, sesungguhnya materi berbahasa Arab yang disiarkan melalui radio berupa bacaan Alquran, hadits-hadits Nabi, ceramah-ceramah, fatwa, seminar, kisah-kisah nyata yang bermanfaat, sudah mencukupi bagi orang-orang yang ingin mempelajari bahasa Arab.
Anda dapat mempelajari gaya bahasanya, mengetahui kosa katanya, mengambil nasihat, menarik manfaat dari hikmah-hikmah, ajaran-ajaran mulia, dan akhlak yang terpuji. Itu semua sudah cukup tanpa perlu mendengarkan siaran radio yang memuat perkataan sia-sia.
Kedua, sesungguhnya membaca Alquran, hadits-hadits sahih dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, atsar, hikmah-hikmah, kisah-kisah sahabat radhiyallahu ‘anhum dan tokoh saleh lainnya, buku-buku sastra positif dalam bentuk puisi dan prosa, dan lain sebagainya yang ditulis dengan memakai bahasa Arab sudah sangat cukup dibanding bacaan kisah-kisah fiktif dan syair-syair gombal untuk mempelajari agama dan bahasa Arab.
Kesimpulannya, siaran radio berbahasa Arab yang berupa kebaikan-kebaikan, bacaan Alquran, hadits, atsar, dan kisah nyata, serta buku-buku yang ditulis sebagai media kebaikan sudah sangat memadai bagi orang yang ingin mempelajari bahasa Arab dan hendak mengetahui ajaran agama dengan cara yang benar. Tidak dengan menggunakan media dan perbuatan yang tidak pantas dan picisan.
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.