Seseorang Menyakiti Orang Tuanya Karena Ibunya Lebih Menyayangi Saudaranya |
Pertanyaan
Ringkasnya, penanya hidup bersama orang tuanya di satu rumah, tetapi ia selalu bermusuhan dengan ibunya dan tidak bertegur sapa dengan bapaknya. Hal itu karena ibunya lebih mengutamakan adiknya, selalu menyifatinya dengan sifat-sifat yang jelek, dan mencacimakinya dengan cacian yang buruk walaupun hanya disebabkan oleh hal-hal yang remeh sehingga perasaannya pun tertekan.
Ibunya selalu bisa memberi toleransi kepada saudaranya walaupun saudaranya telah berperangai buruk sehingga ia menjadi manja dan congkak. Bapaknya juga sering menyakitinya, jarang sekali menjawab salamnya, dan tidak segan-segan menamparnya di depan umum hanya karena hal yang sepele, tetapi tidak pernah memukul sang adik meskipun menyakitinya.
Apakah anak yang selalu disakiti oleh orang tuanya tetap dituntut untuk berbuat baik dan berbakti kepada orang tuanya sebagaimana tuntutan terhadap anak-anak yang lain? Apakah ia berdosa menyulut permusuhan walaupun ia sudah berusaha menghindari permusuhan tersebut? Setelah semuanya terjadi, ia sering menyesal dan bersedekah atas nama keduanya tanpa sepengetahuan mereka.
Apakah ia dan kedua orang tuanya mendapat pahala atas sedekahnya tersebut dan apakah perbuatannya itu bisa meringankan dosa-dosanya, padahal sedekahnya hanya sedikit sekali?
Jawaban
Boleh jadi kedua orang tua ada uzur untuk melakukan hal tersebut dan memiliki pertimbangan khusus untuk berbuat sedikit keras terhadap salah seorang anaknya, seperti karena anak tersebut lebih tua dan lebih dewasa dari yang lain sehingga kesalahannya dianggap lebih dan seperti dalam rangka mendidiknya agar ia tetap istikamah sehingga menjadi teladan bagi adik-adiknya.
Andaikata orang tua menyakiti anaknya pun, seorang anak tetap tidak boleh membalas keburukan mereka dengan keburukan pula, tetapi ia hendaknya membalasnya dengan berbuat baik kepada keduanya, sebagai bentuk pengamalan dari firman Allah Ta’ala,
“Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik.” (QS. Al-Mu’minuun: 96)
Kedua orang tua lebih utama untuk dapat kebaikan dari sang anak dibanding orang lain, berdasarkan firman (Allah) Ta’ala,
“Dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya.” (QS. Al-Israa’: 23)
Dan firman Allah Ta`ala,
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Al-‘Ankabuut : 8)
Allah memerintahkan anak untuk memperlakukan kedua orang tuanya dengan baik walaupun keduanya memaksanya untuk berbuat syirik terhadap Allah sedangkan syirik merupakan dosa yang paling besar dan Allah memerintahkan agar ia tetap berjalan di jalan Allah yang lurus. Allah mengabarkan bahwa Dia nanti yang akan membalas semua orang di hari kiamat.
Rasulullah Shalallahu `Alaihi wa Sallam juga memerintahkan untuk berbakti kepada kedua orang tua, memperingatkan untuk tidak mendurhakai keduanya, dan menjelaskan bahwa durhaka terhadap orang tua termasuk dosa yang paling besar. Demikianlah dan hendaklah Anda bersyukur karena telah menyesal atas perbuatan Anda yang menyulut api permusuhan dan tidak bertegur sapa dan atas sedekah yang Anda berikan atas nama keduanya.
Jika Anda memberitahu keduanya tentang hal itu, maka itu diharapkan bisa membuat Anda dan orang tua Anda lebih harmonis, mereka bertambah sayang kepada Anda, dan semoga Anda dan kedua orang tua Anda diberi pahala dan diampuni dosa-dosanya atas sedekah yang telah Anda persembahkan atas nama keduanya walaupun sedikit.
Sesungguhnya Allah melipatgandakan kebaikan. Sementara itu, para orang tua wajib berusaha berbuat adil di antara anak-anaknya, berdasarkan sabda Nabi Muhammad Shallallahu `Alaihi wa Sallam,
” Bertakwalah kepada Allah dan berbuatlah adil kepada anak-anakmu.”
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.