Ayat al-Quran yang terjemahannya, “Maka Apakah Mereka Tidak Berjalan Di Muka Bumi, Lalu Mereka Mempunyai Hati Yang Dengan Itu Mereka Dapat Memahami…” |
Pertanyaan
Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
أَفَلَمْ يَسِيرُوا فِي الأَرْضِ فَتَكُونَ لَهُمْ قُلُوبٌ يَعْقِلُونَ بِهَا أَوْ آذَانٌ يَسْمَعُونَ بِهَا فَإِنَّهَا لاَ تَعْمَى الأَبْصَارُ وَلَكِنْ تَعْمَى الْقُلُوبُ الَّتِي فِي الصُّدُورِ“Maka apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka mempunyai hati yang dengan itu mereka dapat memahami atau mempunyai telinga yang dengan itu mereka dapat mendengar? Karena sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta, ialah hati yang di dalam dada.” (QS. Al-Hajj: 46)
Allah Subhanahu juga berfirman pada ayat lain,
هَذَا بَلاغٌ لِلنَّاسِ وَلِيُنْذَرُوا بِهِ وَلِيَعْلَمُوا أَنَّمَا هُوَ إِلَهٌ وَاحِدٌ وَلِيَذَّكَّرَ أُولُو الأَلْبَابِ“al-Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.” (QS. Ibrahim: 52)
Pada ayat pertama dari surat al-Haj Allah menyebutkan bahwa hatilah yang memahami. Pada ayat kedua Allah ‘Azza wa Jalla menyebutkan secara khusus bahwa Ulul Albab adalah orang-orang yang berakal atau yang bisa memahami peringatan.
Apa rahasia kedua lafal ini hati dan akal khususnya sebagian orang menjadikan orang yang mengingat Allah ‘Azza wa Jalla sebagai orang-orang yang berakal dengan pengkhususan ini.
Di mana terkadang dijadikan sebagai sarana untuk membatalkan dan menafsirkan hadits-hadits sahih, dan sering membatalkan dan menafsirkan dalil yang tidak kuat, dengan alasan bahwa akal bertindak sebagai hakim yang akan menentukan hukumnya, dan Allah memuji orang-orang yang berakal di berbagai ayat.
Dan mereka menganggap bahwa menyerah kepada makna eksplisit dari hadis sahih sebagai bentuk dari penghindaran diri dari kebenaran.
Kami mohon diberi penjelasan bagaimana peran akal dalam memahami firman-firman Allah ‘Azza wa Jalla tersebut.
Jawaban
Tidak ada pertentangan antara kedua ayat tersebut, karena sumber akal adalah hati yang mempunyai hubungan dengan otak sebagaimana hal itu dinyatakan oleh para ulama. Akal yang jernih tidak bertentangan dengan dalil yang sahih.
Apabila keduanya terjadi pertentangan, berarti pada salah satunya terdapat kesalahan. Kemudian setiap yang berasal dari teks, semuanya dapat dipahami oleh akal. Karena itulah dalil harus didahulukan, karena dalil terjaga dari kesalahan, sementara akal punya kekurangan dan tidak terpelihara dari kesalahan.
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.