Kitab “Jami` ash-Shalawat Bi Asma’ Asyraf al-Bariyyat” |
Pertanyaan
Saya pernah menelaah kitab kecil berjudul “Jami` ash-Shalawat bi Asma’ Asyraf al-Bariyyat” yang disusun oleh Ahmad Jumhuri al-Banjali, yang saya lampirkan pula satu kitab untuk Anda.
Kitab ini mendapat izin dari Kementrian Informasi dengan nomor 623/2/M tanggal 16/4/1419 H, serta dibagikan secara gratis di restoran Rawabi` al-Hijaz di Mekah al-Mukarramah
Penyusun juga menyebutkan bahwa ketika melakukan perjalanan dia bertemu dengan seseorang yang bershalawat untuk Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam dua belas ribu kali dalam sehari semalam. Oleh karena itu, penyusun kitab akan mengumpulkan nama-nama Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam dalam shalawat, begitu menurutnya.
Selain itu, penyusun kitab juga menyusun qasidah (puisi epik) yang aneh. Mereka mengklaim bahwa qasidah tersebut berisi nama-nama Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Dalam qasidah itu disebutkan banyak nama yang disandarkan kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang tidak memiliki dasar dalil seperti:
Shiratullah (jalan Allah), Dzikrullah (Ingat Allah), Hizbullah (golongan Allah), Misbah (sang penerang), Jabbar (kokoh), Qawi (kuat), Ma’lum (terkenal), Ajir (yang diberi pahala), Muhaimin (yang menguasai), Wakil, Dzil Quwwah (yang kuat), Dzi Hurmah (yang terhormat), Qad Shadaq (ucapannya benar), Saiq (pengantar), an-Najm ats-Tsaqib (bintang penembus), Shahibul Qadhib (pemilik tongkat), `Urwah al-wutsqa (pegangan terpercaya), Miftah al-Jannah (kunci surga), Makhshush bi al-`Izz (kemuliaan khusus untuknya), dan nama-nama lain yang aneh, perlu dievaluasi, dan dikaji ulang.
Jika Anda berkenan, saya berharap Anda dapat menyampaikan kepada pihak berwenang untuk mencabut izin peredaran kitab kecil ini, khususnya menyangkut tafsir dan akidah, kecuali jika telah diteliti oleh ilmuan atau lembaga fatwa yang mempunyai otoritas. Dengan demikian, tidak ada kebingungan yang akan timbul terkait peredaran buku dan informasi yang tidak benar. Hanya kepada Allah kita mohon pertolongan.
Jawaban
Tidak diperbolehkan untuk mengamalkan isi kitab tersebut. Lebih dari itu, kitab tersebut tidak boleh dicetak dan disebarluaskan karena memuat nama-nama yang tidak boleh disandarkan kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Sebab menurut syariat, itu merupakan sikap berlebih-lebihan kepada Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam.
Selain itu, zikir dan wirid yang dibuat berima (puisi/pantun) atau dalam bentuk syair sama saja dengan menciptakan perkara baru dalam agama, yang telah dilarang. Sesungguhnya petunjuk terbaik adalah yang datang dari Nabi Muhammad Shallallahu `Alaihi wa Sallam.
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.