Hadits tentang Seorang Lelaki Buta yang Beristighasah dengan Nabi ﷺ Setelah Beliau Meninggal |
Pertanyaan
Ada serangan yang cukup masif terhadap kaum salafi. Mereka dituduh mengingkari dan tidak mencintai para wali.
Di antara dalil yang mereka pakai untuk menyerang kaum salafi adalah dengan mengatakan bahwa meminta pertolongan kepada orang mati hukumnya boleh, yaitu hadis tentang seorang lelaki buta yang beristigasah dengan Nabi Shallallahu `Alaihi Wa Sallam setelah beliau meninggal.
Saya diberitahu bahwa hadis ini memiliki derajat sahih, dan ini membuat sebagian orang sangat bingung. Mohon Anda berkenan memberi penjelasan pada masalah penting ini.
Jawaban
Setelah mengkaji pertanyaan itu, Komite menjawab sebagai berikut: Hadis tentang seorang lelaki buta itu diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi dengan sanad dari Utsman bin Hunaif radhiyallahu `anhu,
“Seorang lelaki buta mendatangi Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan lalu berkata, ‘Penglihatan saya lemah, Doakanlah aku agar Allah menyembuhkanku.’ Beliau bersabda, ‘Kalau kamu mau, aku akan mendoakanmu, dan kalau kamu mau, bersabarlah karena itu lebih baik buatmu.’ Dia berkata, ‘Berdoalah!’ Beliau menyuruhnya untuk berwudhu, dan memperbagusnya (menyempurnakan dan mengamalkan sunnah wudu). Lalu, dia berdoa dengan doa ini, ‘Ya Allah, sesungguhnya aku meminta dan menghadap-Mu melalui Nabi-Mu Muhammad, Nabi yang penuh rahmat. Wahai Rasulullah, wahai Muhammad, sesungguhnya aku menghadap Allah denganmu dalam semua hajatku supaya dikabulkan. Ya Allah, terimalah syafaat Nabi-Mu bagiku.'”
Tirmidzi berkata, “Ini adalah hadits hasan sahih gharib (yang hanya diriwayatkan oleh satu orang rawi, di salah satu rantai sanadnya). Kami tidak mengetahui ada jalur lain, selain riwayat Abu Ja`far al-Khathami.”
Mengenai hadits (dalam permasalahan di atas) yang dinilai sahih, di dalamnya tidak ada doa lelaki buta kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Pada hadits tersebut, lelaki buta itu berdoa kepada Allah Ta`ala melalui keutamaan Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam semasa beliau hidup, demikian pula saat dia berdoa kepada Allah agar beliau Shallallahu `Alaihi wa Sallam memberinya syafaat, supaya kebutuhannya dikabulkan.
Hadis itu tidak menunjukkan kebolehan berdoa kepada orang mati. Abu al-Abbas Ibnu Taimiyah rahimahullah telah menguraikannya secara baik dan menjelaskan maknanya dalam kitab “Qa’idah Jalilah fi at-Tawassul wa al-Wasilah”. Anda dapat merujuk kepada kitab itu agar mengetahui lebih banyak lagi.
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `Ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.