Bid’ah Membaca Yasin 41 Kali Untuk Menolak Bencana |
Pertanyaan
Penanya meminta pengkajian tentang cara yang dilakukan oleh sekte Ahmadiyah untuk menolak bencana, dengan membaca surat Yasin sebanyak 41 kali. Terjemahan suratnya sebagaimana berikut:
Pengirim pertanyaan menyatakan bahwa mereka adalah sekelompok orang dari pengikut tarekat yang bernama Ahmadiyah Idrisiyah yang mengikuti orang yang bernama Ahmad bin Idris. Pengirim menulis surat ini karena melihat ada propaganda melawan Islam dari para musuhnya.
Dia menambahkan bahwa mereka memiliki cara untuk mengalahkan propaganda tersebut, yaitu dengan membaca surat Yasin sebanyak 41 kali. Dia memberikan contoh dua kasus/kejadian untuk memperkuat apa yang telah ia jelaskan di atas.
Kejadian pertama, ia menjelaskan bahwa saat pemerintahan Soekarno, pimpinan orang-orang komunis yang bernama Aidit berhasil ditangkap dan diadili.
Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh pengirim karena para pengikut tarekat membaca surat Yasin sebanyak 41 kali pada setiap hari Kamis secara terus-menerus. Laa haula walaa quwwata illa billah (Tiada daya dan upaya melainkan dari Allah).
Kejadian kedua, pengirim menyebutkan bahwa salah satu pemimpin negeri Islam berkata, ” Saya akan menjadikan para ulama negeri ini seperti para ulama Turki.” Pengirim menambahkan bahwa pemimpin ini dijauhkan dari kekuasaan karena mereka membaca surat Yasin sebanyak 41 kali selama tiga malam pada setiap hari Kamis.
Laa haula walaa quwwata illa billah. Oleh karena itu, pengirim pertanyaan meminta kepada Anda untuk salat dua rakaat istikharah mengenai permasalahan ini.
Pengirim benar-benar meminta kepada Anda agar memberikan solusi untuk masalah ini, dengan menjelaskan secara gamblang hingga berbagai organisasi, semisal Organisasi Front Pembela Islam, dapat mengetahuinya .
Pengirim juga menambahkan dengan berkata, “Jika kalian ingin mengetahui cara yang benar membaca surat Yasin sebanyak 41 kali, silakan hubungi saya untuk saya ajari caranya.”
Jawaban
Membaca surat Yasin sebanyak 41 kali merupakan bid’ah yang tidak memiliki dasar dalam agama. Nabi Muhammad Shallallahu `Alaihi wa Sallam bersabda,
“Barangsiapa mengada-adakan dalam urusan (agama) kami ini yang bukan berasal dari urusan agama kami, maka perkara itu tertolak.”
Memerangi dan menggagalkan tipu daya musuh-musuh agama harus dengan dalil-dalil agama yang dapat menyingkap kebatilan dan menggagalkan tipu daya mereka. Jika tidak mau bertaubat setelah diberi dalil-dalil agama, maka mereka wajib diperangi bila mereka orang-orang kafir.
Jika mereka merupakan kaum Muslimin yang bermaksiat, maka pemimpin negeri wajib memberi mereka hukuman yang dapat membuatnya jerah untuk melakukan tipu daya dan mencelakai kaum Muslimin. Jika perbuatan mereka mengandung perkara yang mengharuskan hukuman (had), maka hukuman tersebut wajib ditegakkan terhadap mereka.
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.