Seseorang Menanggung Pelunasan Utang Orang Yang Sudah Meninggal |
Pertanyaan
Jika ada saudara lelaki atau kerabat dekat dari yang meninggal yang punya tanggungan utang ingin membayar utang-utangnya, sedangkan dia belum memiliki uang, apakah gugur kewajiban utang orang yang sudah meninggal itu jika dibayarkan oleh kerabatnya dengan cara berutang? Dan apakah tanggungan orang yang meninggal itu lepas dengan cara ini? Mohon kami diberi penjelasan.
Jawaban
Apabila seseorang menanggung dalam melunasi utang orang yang meninggal baik dia orang kaya, maupun dia berutang lalu dia lunasi utang-utang tersebut kepada yang berpiutang dengan segera, maka tanggungan orang yang sudah meninggal itu menjadi gugur, tetapi pembebasan tanggungannya tidak akan terwujud kecuali dengan membayar utang tersebut kepada yang berhak.
Dalil yang menunjukkan hal tersebut ialah riwayat Jabir radhiyallahu `anhu, ia berkata:
“Seorang pria meninggal dunia lalu mayat itu kami mandikan, kami beri balsem dan kami kafani. Kemudian mayat itu kami bawa kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam agar beliau menyalatkannya. Kami katakan, “Ya Rasulullah engkau akan menyalatkannya?”
Lalu dia melangkah selangkah kemudian beliau berkata, “Apakah dia mempunyai utang?” Kami menjawab, “Dua dinar”. Lalu beliau pergi, lantas Abu Qatadah menanggungnya. Lalu kami mendatangi Rasulullah dan Abu Qatadah berkata, “Dua dinar saya yang menanggungnya”.
Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bertanya, “Itu hak untuk yang berpiutang dan pembebasan tanggungan orang yang telah meninggal?” Abu Qatadah mejawab, “Ya”. Lantas beliau menyalatkannya, kemudian sehari setelah itu beliau bersabda, “Apa yang telah dilakukan dengab dua dinar?”.
Abu Qatadah menjawab, “Dia (si mayat) baru saja meninggal kemaren” (artinya: haruskah disegerakan). Beliau berkata, “Besok harinya beliau kembali menanyakannya”. Abu Qatadah berkata, “Saya telah melunasinya”.
Kemudian Rasulullah shallallahu `alaihi wa sallam bersabda, “Sekarang barulah kulitnya dingin”. (maksud: mayat terlepas dari kesulitan di dalam kubur)”. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya juz 3 hal., 330 dan diriwayatkan oleh Abu Dawud dan an-Nasa’i semisalnya.
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.