Tata Cara Shalat Istisqa Yang Benar |
Pertanyaan
Sudah lama di tempat kami tidak turun hujan hingga tanah menjadi gersang dan kami terpaksa membeli air. Kemudian mereka diperintahkan untuk melaksanakan shalat Istisqa, lantas semua orang keluar rumah berdoa meminta hujan dengan suara keras:
“Wahai Tuhan semesta alam janganlah Engkau kembalikan kami dengan tangan hampa, kami memohon kepada-Mu dengan perantara Nabi Muhammad, Ali dan Husein”.
Apa hukum perkataan ini? Jika Anda berkenan mohon menyertakan cara salat Istisqa yang benar, semoga Allah membalas Anda dengan kebaikan.
Jawaban
Sesuai dengan syariat Islam, apabila lama tidak turun hujan dan tanah menjadi gersang, kaum Muslimin diperintahkan untuk melaksanakan shalat, puasa, bersedekah, meninggalkan perbuatan zalim dan menjauhi permusuhan. Karena ketaatan dapat mendatangkan berkah dan kemaksiatan dapat mendatangkan paceklik.
Hendaklah seorang imam menentukan hari agar kaum Muslimin keluar untuk melaksanakan shalat Istisqa, dengan keadaan tawadhu, sungguh-sungguh, khusyu dan rendah hati.
Kemudian melaksanakan shalat bersama mereka dua rakaat dengan tujuh kali takbir pada rakaat pertama, dan lima takbir pada rakaat kedua. Membaca surat Al-A’la dan surat Al-Ghasyiyah setelah membaca Al-Fatihah dengan suara nyaring.
Setelah selesai shalat, imam menyampaikan khutbah yang berisi ayat-ayat istigfar dan menganjurkannya, mengajak bersedekah dan memerintahkan untuk bertakwa dengan menjalankan segala perintah Allah dan meninggalkan segala kemaksiatan.
Melaksanakan shalat Istisqa termasuk menghidupkan sunnah Nabi shallallahu ‘alaih wa sallam, ketika diperlukan. Hendaklah memohon kepada Allah agar diturunkan hujan yang membawa berkah, sebagaimana yang telah dilakukan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam.
Untuk mengetahui tata cara shalat Istisqa secara rinci hendaklah membaca hadits-hadits yang berkenaan dengan hal tersebut, dalam bab “Shalat Istisqa”.
Adapun yang disebutkan dalam pertanyan seperti bertawasul dengan makhluk, ini hukumnya haram, karena itu termasuk bid`ah. Oleh sebab itu tidak boleh bertawasul kecuali dengan beriman kepada Allah, Asma dan sifat-Nya, serta berdoa dengan perantara amal salih. Allah Ta’ala berfirman,
“Hanya milik Allah asma-ul husna , maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asma-ul husna itu”. (QS. Al A’raafa: 180)
Allah Ta’ala juga berfirman,
“Ya Tuhan kami, sesungguhnya kami mendengar (seruan) yang menyeru kepada iman (yaitu): “Berimanlah kamu kepada Tuhanmu”, maka kamipun beriman. Ya Tuhan kami ampunilah bagi kami dosa-dosa kami dan hapuskanlah dari kami kesalahan-kesalahan kami, dan wafatkanlah kami beserta orang-orang yang berbakti”. (QS. Ali ‘Imran: 193)
Juga disebutkan dalam hadits,
“Ya Allah sesungguhnya aku memohon kepada-Mu dengan perantara bahwasanya aku bersaksi sesungguhnya Engkau adalah Allah, tidak ada Tuhan selain Engkau. Engkau Maha Esa, tempat bergantung, yang tidak beranak dan tidak juga diperanakkan, serta tidak ada yang dapat menyerupai-Mu seorangpun”.
Dan dalam sebuah hadits,
“Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu, dengan perantara bahwa Engkau pemilik segala puji, tidak ada Tuhan selain-Mu, Engkau Maha Pemberi Nikmat, Pencipta langit dan bumi, Maha Agung lagi Maha Mulia”.
Diriwayatkan dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam, bahwa ada tiga orang dari umat sebelum Islam mereka bermalam di dalam sebuah gua karena hujan. Tiba-tiba sebuah batu besar jatuh dan menutup pintu gua tersebut, sehingga mereka tidak bisa keluar. Lantas mereka berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan perantara amal salih yang mereka lakukan.
Salah seorang dari mereka bertawasul dengan amal salih yang berupa berbakti kepada kedua orang tuanya. Yang kedua bertawasul dengan amal salih yang berupa menjaga kehormatan diri dari zina padahal mampu melakukannya. Yang ketiga bertawasul dengan amal salih berupa menunaikan amanah kepada pemiliknya. Maka Allah mengabulkan permohonan mereka dan menyingkirkan batu besar tersebut dari pintu gua.
Membaca doa Istisqa dalam khutbah Jumat termasuk amalan yang baik, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melakukan hal itu.
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.