Menjauhi Suami Karena Sakit |
Pertanyaan
Ada seorang perempuan yang mengalami sakit jiwa sejak berumur 11 tahun. Sepertinya hal itu diakibatkan oleh gangguan jin. Saat ini ia telah menikah dan memiliki beberapa orang anak. Lalu ia menjauhi suaminya dan tidak memberikan kesempatan suaminya untuk menggaulinya. Ia merasa ada seorang lelaki yang menggaulinya seperti seorang suami menggauli isterinya.
Ia bercerita, “Ada seseorang yang memberikan tulisan ayat-ayat al-Quran lalu menyuruh saya untuk menyimpannya dalam mushaf dan meletakkannya di bawah kepala. Tapi itu tidak dapat menghentikan perasaan yang saya alami. Semua itu terjadi ketika saya sedang tidur. Bahkan, di malam hari, terkadang saya merasa memiliki wujud yang tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah.
Pertanyaan saya, pertama, apakah saya berdosa karena ini? Kedua, apakah penyakit ini memiliki obat, baik yang bersifat religi atau medis? Mohon penjelasannya. Semoga Allah memberikan balasan kebaikan kepada Anda.
Jawaban
Pertama, Anda tidak berdosa atas apa yang Anda rasakan ketika tidur, yaitu perasaan adanya seseorang yang menggauli Anda sebagaimana seorang suami menggauli isterinya, karena dosa dihapuskan dari orang yang sedang tidur. Namun, jika keluar air mani yang telah dikenal maka Anda harus mandi. Anda juga harus memberikan kesempatan suami Anda untuk menggauli sesuai kemampuan agar ia dapat melaksanakan hajatnya.
Jika Anda tidak dapat melakukannya atau suami Anda menggugurkan haknya maka tidak apa-apa juga. Kedua: Penyakit ini dapat disembuhkan dengan beberapa hal berikut:
1. Bertawakal kepada Allah, memohon perlindungan kepada-Nya, berdoa dan meminta tolong kepada-Nya dengan ikhlas dan penuh harap agar menyingkap kemudaratan dan menghilangkan kesusahan ini. Begitu pula, melalui pengobatan ruqyah dengan al-Quran, kalimat zikir dan doa-doa yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, seperti membaca surah al-Ikhlash, al-Falaq
“Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh.” (QS. Al-Falaq: 1)
an-Naas,
“Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia.” (QS. An-Naas: 1)
Sebanyak tiga kali sambil meludah ke kedua tangan setiap selesai membaca satu kali dan mengusapkannya ke badan bagian depan. Juga seperti melakukan ruqyah dengan membaca surat al-Fatihah dan membaca ayat al-Kursi ketika berbaring hendak tidur di ranjangnya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memberi petunjuk kepada seseorang yang ingin tidur untuk berwudu seperti wudu untuk salat dan membaringkan tubuh dengan sisi tubuh bagian kanan sambil berdoa,
“Ya Allah sesungguhnya aku telah menundukkan wajahku kepada-Mu, dan aku telah menyerahkan urusanku kepada-Mu, dan aku telah menyandarkan punggungku kepada-Mu (tawakal) dengan penuh harapan dan rasa takut kepada-Mu. Tidak ada tempat berlindung dan tempat menyelamatkan diri dari-Mu melainkan kepada-Mu. Aku beriman kepada kitab yang telah Engkau turunkan dan beriman kepada nabi yang telah Engkau utus.”
Hal lain yang dengannya seseorang dapat dijaga oleh Allah dari kesulitan adalah mengucapkan doa berikut ketika pagi dan petang: “Dengan menyebut nama Allah yang tidak ada sesuatu pun yang akan mendapatkan kesusahan dengannya baik di bumi atau di langit. Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Dibaca sebanyak tiga kali.
Begitu pula mengucapkan doa ketika datang ke suatu tempat: “Saya berlindung dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari kejahatan apa yang Dia ciptakan.” Serta kalimat zikir dan doa lainnya yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semua bacaan itu merupakan obat dan penjaga bagi jiwa, ruh dan badan dari setan-setan dari jenis manusia dan jin.
2. Menghubungi dokter penyakit jiwa dan syaraf di rumah sakit jiwa. Boleh jadi mereka memiliki cara penyembuhan penyakit Anda. Kami memohon kepada Allah agar memberi Anda kesembuhan dan kesehatan. Kami, sekali lagi, menasehati Anda untuk memperbanyak doa dan pengharapan kepada Allah serta meminta kesembuhan atas musibah yang menimpa Anda, karena Dia-lah yang berfirman,
“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (QS. Al-Mu’min: 60)
Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.