Perkataan “Saya Bertaubat kepada Allah dan Rasul” Dan “Saya Menitipkanmu Kepada Allah Dan Rasul-Nya”

4 menit baca
Perkataan “Saya Bertaubat kepada Allah dan Rasul” Dan “Saya Menitipkanmu Kepada Allah Dan Rasul-Nya”
Perkataan “Saya Bertaubat kepada Allah dan Rasul” Dan “Saya Menitipkanmu Kepada Allah Dan Rasul-Nya”

Pertanyaan

Apakah boleh mengucapkan “Aku bertaubat kepada Allah dan Rasul,” mengucapkan “Saya menitipkanmu kepada Allah dan Rasul-Nya” ketika hendak berpisah, dan mengucapkan “Cukuplah Allah dan Nabi yang menjadi penolong kami” ketika berzikir? Sebagian orang berkeyakinan bahwa ucapan-ucapan di atas adalah benar, dan mereka mendebat kami soal ini. Semoga Allah membalas Anda dengan sebaik-baiknya.

Jawaban

Taubat dan kembali kepada Allah adalah amalan mendekatkan diri yang diperintahkan oleh Allah Subhanah dalam firman-Nya,

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nuur: 31)

Dan firman-Nya,

وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لاَ تُنْصَرُونَ

“Dan kembalilah kepada Tuhan kalian, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum azab datang kepada kalian kemudian kalian tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az-Zumar: 54)

Bertaubat tidak boleh ditujukan kepada seorang makhluk-Nya tidak kepada malaikat yang dekat di sisi-Nya, dan tidak pula kepada nabi yang diutus. Demikian juga pencukupan pertolongan dan perlindungan tidak datang kecuali dari Allah Ta`ala. Oleh karena itulah Allah memuji ahli tauhid karena mereka mengesakan-Nya saat mencukupkan meminta pertolongan kepada-Nya. Allah Ta`ala berfirman,

الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

“(Yaitu) orang-orang (yang menta’ati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (QS. Ali-‘Imran: 173)

Mereka itu tidak mengatakan, “Cukuplah Allah dan Rasul-Nya yang menjadi penolong kami.” Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan dalam menafsirkan firman Allah,

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ حَسْبُكَ اللَّهُ وَمَنِ اتَّبَعَكَ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ

“Hai Nabi, cukuplah Allah (menjadi Pelindung) bagimu dan bagi orang-orang yang beriman yang mengikutimu.” (QS. Al-Anfaal: 64)

Yakni, Allah yang akan mencukupimu dan mencukupi pengikutmu, karena itu dengan penyertaan-Nya kalian tidak membutuhkan yang lainnya. Ibnul Qayyim menyebutkan bahwa inilah pendapat yang dipilih Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, lalu dia menyalahkan orang yang berpendapat bahwa makna dari ayat adalah: “Cukuplah Allah dan orang-orang yang beriman yang menjadi pelindungmu.” Dia menjelaskan alasannya bahwa pencukupan pertolongan dan pemenuhan perlindungan hanya milik Allah semata, seperti halnya tawakal, takwa, dan ibadah. Allah Ta`ala berfirman,

وَإِنْ يُرِيدُوا أَنْ يَخْدَعُوكَ فَإِنَّ حَسْبَكَ اللَّهُ هُوَ الَّذِي أَيَّدَكَ بِنَصْرِهِ وَبِالْمُؤْمِنِينَ

“Dan jika mereka bermaksud hendak menipumu, maka sesungguhnya cukuplah Allah (menjadi pelindungmu). Dialah yang memperkuatmu dengan pertolongan-Nya dan dengan orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Anfaal: 62)

Allah membedakan antara pencukupan (perlindungan) dan penguatan (pertolongan). Allah Ta`ala menjadikan pencukupan perlindungan hanya untuk-Nya semata, dan menjadikan penguatan yang diberikan kepada Nabi Muhammad itu dengan pertolongan-Nya dan dengan hamba-hamba-Nya. Allah memuji ahli tauhid karena mereka mengesakan-Nya ketika mencukupkan meminta perlindungan hanya kepada-Nya. Allah Ta`ala berfirman,

الَّذِينَ قَالَ لَهُمُ النَّاسُ إِنَّ النَّاسَ قَدْ جَمَعُوا لَكُمْ فَاخْشَوْهُمْ فَزَادَهُمْ إِيمَانًا وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ

“(Yaitu) orang-orang (yang menta’ati Allah dan Rasul) yang kepada mereka ada orang-orang yang mengatakan: “Sesungguhnya manusia telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka”, maka perkataan itu menambah keimanan mereka dan mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (QS. Ali-‘Imran: 173)

Dan mereka tidak mengucapkan, “Cukuplah Allah dan Rasul-Nya yang menjadi pelindung kami.” Makna yang sepadan dengan ini adalah firman Allah Ta`ala,

وَقَالُوا حَسْبُنَا اللَّهُ سَيُؤْتِينَا اللَّهُ مِنْ فَضْلِهِ وَرَسُولُهُ إِنَّا إِلَى اللَّهِ رَاغِبُونَ

“Dan mereka berkata, “Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan memberikan sebagian dari karunia-Nya kepada kami dan demikian (pula) Rasul-Nya, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah.” (QS. Taubah: 59)

Perhatikanlah, kenapa dijadikan kata “memberikan” di sini dilekatkan untuk Allah dan Rasul, sedangkan “pencukupan (perlindungan)” hanya dilekatkan untuk Allah semata, sehingga Dia tidak berfirman, “Mereka berkata cukuplah Allah dan Rasul-Nya menjadi penolong kami,” namun menjadikan pencukupan pertolongan sebagai hak-Nya semata. Sebagaimana halnya firman Allah,

إِنَّا إِلَى اللَّهِ رَاغِبُونَ

“Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah” (QS. Taubah: 59)

Di mana Dia menjadikan harapan itu hanya kepada Allah semata. Sebagaimana juga firman-Nya,

وَإِلَى رَبِّكَ فَارْغَبْ

“Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.” (QS. Alam-Nasyrah: 8)

Karena itu, berharap, tawakal, kembali kepada Allah, dan pencukupan pertolongan hanya kepada Allah semata. Sebagaimana halnya dengan ibadah, takwa, sujud, nazar, dan bersumpah tidak boleh dipersembahkan kecuali kepada Allah Subahanahu wa Ta`ala. Selesai.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa apa yang diucapkan oleh sebagian orang ketika bertobat, “Saya bertobat kepada Allah dan Rasul” adalah hal yang tidak boleh. Demikian juga dengan ucapan mereka, “Cukuplah Allah dan Nabi yang menjadi penolong kami” itu tidak boleh, bahkan perbuatan tersebut adalah syirik.

Begitu juga ucapan mereka ketika melepas seseorang yang hendak bepergian, “Saya menitipkan kamu kepada Allah dan Rasul-Nya;” berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud dan At-Tirmidzi,

عن ابـن عمر رضي الله عنهما، أنه كان يقول للرجل إذا أراد سفرًا: ادن مني أودعك كمـا كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يودعنا، فيقول: أستودع الله دينك وأمانتك وخواتيم أعمالك

“Dari Ibnu Umar radhiyallahu `anhuma bahwasanya dia pernah berkata kepada seseorang yang hendak bepergian jauh, “Kemarilah, akan kulepas kepergianmu sebagaimana ketika Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam melepas kepergian kami. Beliau mengatakan, “Astawdi`ukallaha dinaka wa amanataka wa khawatima a`malik” (Aku titipkan urusan pemeliharaan agama, amanat, dan akhir penutup amalmu kepada Allah).”

Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.

Salah satu lajnah ilmiah terkemuka di era sekarang ini, terdiri dari elit ulama senior di Arab Saudi, memiliki kredibilitas tinggi di bidang ilmiah dan keislaman.

Rujukan : Fatwa Nomor 11056

Lainnya

Kirim Pertanyaan