Makna Hadis “Barangsiapa Yang Sudah Mampu Untuk Menafkahi Keluarga”

2 menit baca
Makna Hadis “Barangsiapa Yang Sudah Mampu Untuk Menafkahi Keluarga”
Makna Hadis “Barangsiapa Yang Sudah Mampu Untuk Menafkahi Keluarga”

Pertanyaan

Terdapat hadis dari Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk para pemuda,

ومن لم يستطع فعليه بالصوم

“Barangsiapa tidak mampu, maka hendaklah dia berpuasa.”

Apakah puasa yang dimaksud di sini seperti puasa bulan Ramadan sepanjang tahun atau menahan diri dari berbagai hal yang diharamkan selain makanan? Apakah ada riwayat yang menyatakan bahwa Nabi Shalallahu `Alaihi wa Sallam berpuasa pada bulan Rajab dan Sya’ban sebelum Ramadan, berpuasa sepuluh hari bulan Zulhijah, dan berpuasa pada hari-hari awal bulan Muharam? Semoga Allah memberi manfaat dan pertolongan kepada Anda.

Jawaban

Pertama, Puasa yang dimaksud dalam hadis tersebut adalah, puasa yang sesuai dengan syariat, yaitu menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa dari fajar kedua terbit sampai matahari terbenam.

Kedua, Ada hadis yang menyatakan bahwa Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam berpuasa pada bulan Sya’ban. Dari Aisyah Radhiyallahu `Anha, ia berkata,

لم يكن النبي صلى الله عليه وسلم يصوم شهرًا أكثر من شعبان، فإنه كان يصومه كله

“Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tidak pernah berpuasa dalam satu bulan lebih banyak dari berpuasa pada bulan Sya’ban karena pada bulan Sya’ban ia berpuasa satu bulan penuh.”

Dan dalam lafaz lain,

ما كان يصوم في شهر ما كان يصوم في شعبان، كان يصومه إلا قليلاً، بل كان يصومه كله

“Ia tidak pernah berpuasa sebanyak pada bulan Sya’ban. Ia berpuasa di bulan itu kecuali hanya sedikit hari saja. Bahkan pada bulan Sya’ban itu ia berpuasa satu bulan penuh.” (Muttafaqun `Alaih).

Ketiga, Sepengetahuan kami, tidak ada satu hadis sahih pun dari Nabi Shalallahu `Alaihi wa Sallam khusus tentang puasa Nabi Shalallahu `alaihi wa Sallam pada sepuluh hari bulan Zulhijah, tetapi berpuasa pada sepuluh hari Zulhijah itu dianjurkan karena ia termasuk dalam keumuman sabda Nabi Shalallahu `Alaihi wa Sallam,

ما من أيام العمل الصالح فيهن أحب إلى الله من هذه الأيام العشر

“Tidak ada hari, saat amal saleh lebih dicintai oleh Allah, yang melebihi sepuluh hari ini.”

Hadis ini diriwayatkan oleh Bukhari dan para pengarang kitab Sunan. Adapun hadis yang khusus berbicara tentang keutamaan puasa hari Arafah adalah hadis yang diriwayatkan dari Abu Qatadah Radhiyallahu `Anhu, ia berkata, Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam bersabda,

صوم يوم عرفة يكفر سنتين: ماضية ومستقبلة، وصوم يوم عاشوراء يكفر سنة ماضية

“Puasa hari Arafah menghapus dosa dua tahun, yaitu: satu tahun lampau dan satu tahun mendatang dan puasa hari Asyura menghapus satu tahun lampau.” (Hadis ini diriwayatkan oleh al-Jamaah kecuali Bukhari dan Tirmidzi).

Keempat, Adapun tentang puasa bulan Muharram, Nabi `Alaihi Shalatu wa Salam pernah ditanya,

أي الصيام أفضل بعد رمضان؟ فقال: شهر الله المحرم

“Puasa apa yang paling baik setelah puasa Ramadan?” Ia menjawab, “Bulan Allah Muharam”.” (Hadis ini diriwayatkan oleh al-Jamaah kecuali Bukhari).

Di antara puasa pada bulan Muharam adalah puasa Asyura dan keutamaannya baru kami sebutkan dalam hadis yang diriwayatkan dari Abu Qatadah.

Kelima, Tidak ada satu hadis sahih pun yang menganjurkan puasa pada bulan Rajab sehingga tidak boleh mengkhususkan puasa pada bulan Rajab.

Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.

Salah satu lajnah ilmiah terkemuka di era sekarang ini, terdiri dari elit ulama senior di Arab Saudi, memiliki kredibilitas tinggi di bidang ilmiah dan keislaman.

Rujukan : Fatwa Nomor 19101

Lainnya

Kirim Pertanyaan