Tinggal Bersama Keluarga Non-Muslim Untuk Berdakwah kepada Mereka

3 menit baca
Tinggal Bersama Keluarga Non-Muslim Untuk Berdakwah kepada Mereka
Tinggal Bersama Keluarga Non-Muslim Untuk Berdakwah kepada Mereka

Pertanyaan

Keluarga saya semuanya musyrik, kecuali saudara perempuan saya yang sudah menjadi seorang muslimah. Bolehkah saya tinggal, makan, dan minum bersama mereka?

Jika memang hal itu dibolehkan dan tidak merusak agama saya, bolehkah saya menyatakan terus terang kepada mereka bahwa mereka adalah kafir yang menyimpang dari agama Allah?

Meskipun saya telah mendakwahi mereka berkali-kali, mereka masih bimbang, antara memilih beriman dan tetap dalam kemusyrikan, tetapi mereka lebih cenderung memilih kemusyrikan padahal saya tidak memiliki tempat tinggal kecuali bersama mereka.

Jawaban

Anda wajib terus menasihati, mengingatkan, dan berinteraksi dengan cara yang baik dan berlemah lembut kepada mereka. Jika Anda memiliki harta, maka berbelanjalah untuk mereka. Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala membuka dan menerangi hati mereka. Allah Ta’ala berfirman

وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ

“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku” (QS. Luqman : 15)

Carilah berbagai macam cara untuk menyampaikan kebenaran kepada mereka, dengan membelikan mereka buku-buku dan kaset-kaset dan jelaskan kepada mereka bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam memulai dakwahnya di Makkah untuk mentauhidkan Allah.

Ini Nabi lakukan sebelum beliau mendapatkan perintah shalat, puasa, haji, dan zakat. Para penduduk Makkah mengenal Allah dan berdoa kepada-Nya saat berada dalam kesulitan dan mereka mengakui bahwa Allah lah yang menciptakan langit dan bumi, tetapi mereka menjadikan perantara antara mereka dan Allah dalam beribadah dan berdoa, yaitu orang-orang saleh yang saat masih hidup suka memberi makan jamaah haji dan banyak berbuat kebaikan.

Mereka pada saat itu berada pada kondisi senang. Ketika orang-orang saleh itu meninggal, mereka pun meninggikan kuburan mereka dan berdoa kepada mereka agar meminta syafaat kepada Allah.

Sebagian mereka membuat patung orang-orang salih itu dan berdoa kepadanya. Kemudian perbuatan mereka semakin parah dengan menjadikan pepohonan, batu-batu, dan patung-patung sebagai tuhan sesembahan selain Allah.

Mereka mendekatkan diri kepada patung-patung itu dengan berbagai macam bentuk ibadah seperti berdoa, mengharap, menyembelih sembelihan, dan bernazar untuk mereka. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pun berdakwah untuk menghapus kebiasaan ini dan menjadikan ibadah hanya kepada Allah semata.

Rasulullah menyampaikan kepada manusia bahwa Allah Esa tiada sekutu bagi-Nya, Maha Mendengar, Maha Dekat lagi Maha Mengabulkan. Allah tidak ridha ada sesembahan selain-Nya. Allah tidak ridha ada perantara dengan-Nya. Bahkan Allah berfirman kepada hamba-Nya dalam Alquran yang mulia

وَقَالَ رَبُّكُمُ ادْعُونِي أَسْتَجِبْ لَكُمْ إِنَّ الَّذِينَ يَسْتَكْبِرُونَ عَنْ عِبَادَتِي سَيَدْخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ

“Dan Tuhanmu berfirman: “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina”.” (QS. Al-Mu’min : 60)

Allah berfirman kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.” (QS. Al-Baqarah : 186)

Setelah para sahabat memahai Islam dan bahwa tidak perlu ada perantara untuk beribadah kepada Allah, mereka pun ingin bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang cara meminta kepada Allah dan mereka berkata: Apakah Allah itu jauh sehingga kita menyeru-Nya? Ataukah dekat sehingga kita bermunajat kepada-Nya?

Allah pun menurunkan ayat ini untuk memberitahu mereka bahwa Allah itu dekat, mengetahui rahasia dan rencana mereka, bahkan sesuatu yang lebih tersembunyi, dan mengabulkan permintaan orang yang meminta kepada-Nya, apalagi untuk orang-orang yang melaksanakan perintah-Nya, dan menjauhi larangan-Nya.

Kita berdoa, semoga Allah Ta”ala memberi hidayah kepada orang Muslim yang tersesat dan memantapkan hati orang-orang yang taat.

Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.

Salah satu lajnah ilmiah terkemuka di era sekarang ini, terdiri dari elit ulama senior di Arab Saudi, memiliki kredibilitas tinggi di bidang ilmiah dan keislaman.

Rujukan : Fatwa Nomor 14368

Lainnya

Kirim Pertanyaan