Izin Kedua Orang Tua dalam Berjihad

3 menit baca
Izin Kedua Orang Tua dalam Berjihad
Izin Kedua Orang Tua dalam Berjihad

Pertanyaan

Mohon dijelaskan mengenai jihad di jalan Allah. Perlu diketahui bahwa saya adalah anak tertua. Ayah saya sudah wafat dan ibu saya masih ada. Saya mempunyai seorang istri dan beberapa anak. Saya telah meminta persetujuan ibu untuk berjihad, namun beliau menolaknya. Apakah saya boleh berangkat berjihad?

Jawaban

Jihad termasuk amalan yang paling mulia, demikian pula berbuat baik kepada kedua orang tua. Jika seseorang hendak pergi berjihad, maka dia harus meminta izin kepada kedua orang tuanya. Apabila izin telah diperoleh dari kedua orang tua, maka dia boleh berangkat jihad.

Namun jika tidak, maka dia tidak boleh melakukannya. Bahkan, dia harus menaati keduanya. Sebab, taat kepada salah satu dari mereka, atau kedua-duanya, merupakan salah satu bentuk jihad. Dalilnya adalah hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Mas`ud radhiyallahu `anhu, yang berkata,

سألت رسول الله صلى الله عليه وسلم: أي العمل أحب إلى الله؟ قال: الصلاة على وقتها، قلت: ثم أي؟ قال: بر الوالدين، قلت: ثم أي؟ قال: الجهاد في سبيل الله، حدثني بهن رسول الله صلى الله عليه وسلم، ولو استزدته لزادني

“Aku bertanya kepada Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam, ‘Amalan apa yang paling dicintai Allah?’ Beliau menjawab, ‘Mendirikan shalat pada waktunya.’ Aku bertanya kembali, ‘Kemudian apa?’ Beliau menjawab, ‘Berbakti kepada kedua orang tua.’ Aku bertanya lagi, ‘Kemudian apa?’ Beliau menjawab, ‘Berjihad di jalan Allah.’ Rasulullah menyebutkan tiga hal itu kepada saya. Andai saya bertanya lagi, niscaya beliau menambah jawabannya.” (Muttafaq `Alaih)

Dari Abdullah bin `Amr radhiyallahu `anhuma mengatakan bahwa,

جاء رجل إلى النبي صلى الله عليه وسلم فاستأذنه في الجهاد، فقال: أحي والداك؟ قال: نعم، قال: ففيهما فجاهد

“Seorang lelaki datang kepada Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam meminta izin kepada beliau untuk ikut berjihad. Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam bertanya kepadanya, “Apakah kedua orang tuamu masih hidup?” Dia menjawab, “Ya.” Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam berkata kepadanya, “Berjihadlah (dengan berbakti) kepada keduanya.” (HR. Bukhari, Nasa’i, Abu Dawud, dan Tirmidzi) Tirmidzi memandangnya sebagai hadits sahih.

Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa,

أتى رجل فقال: يا رسول الله: إني جئت أريد الجهاد معك، ولقد أتيت وإن والدَيَّ يبكيان، قال: فارجع إليهما فأضحكهما كما أبكيتهما

“Seorang shahabat menemui Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam seraya berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku datang untuk berjihad bersama engkau. Ketika aku datang, kedua orang tuaku dalam keadaan menangis.” Rasulullah Shallallahu `Alaihi wa Sallam bersabda, “Kembalilah kepada kedua orangtuamu. Buatlah mereka berdua tertawa sebagaimana engkau telah membuat mereka berdua menangis.” (HR. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).

Diriwayatkan dari Abu Said radhiyallahu `anhu,

أن رجلاً هاجر إلى النبي صلى الله عليه وسلم من اليمن، فقال: هل لك أحد باليمن؟ فقال: أبواي، فقال: أذنا لك؟، قال: لا، قال: فارجع إليهما، فاستأذنهما، فإن أذنا لك فجاهد وإلا فبرهما

“Ada seseorang yang datang dari Yaman untuk berhijrah kepada Rasulullah. Rasulullah bertanya, “Apakah kamu mempunyai keluarga di Yaman?” Dia menjawab, “Kedua orang tuaku.” Rasulullah bertanya, “Apakah mereka mengizinkanmu?” Dia menjawab, “Tidak.” Rasulullah bersabda, “Pulanglah dan mintalah izin kepada keduanya. Jika mereka mengizinkanmu, maka boleh kamu berjihad. Namun jika tidak mengizinkan, maka berbaktilah kepada keduanya.” (HR. Abu Dawud).

Dari Muawiyah bin Jahimah as-Sulami,

ن جاهمة جاء إلى النبي صلى الله عليه وسلم فقال: يا رسول الله أردت الغزو وجئتك أستشيرك، فقال: هل لك من أم؟ قال: نعم، فقال: الزمها؛ فإن الجنة عند رجليها

“Bahwa Jahimah datang kepada Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, saya ingin berjihad. Saya datang kepadamu untuk meminta pertimbangan.” Nabi menjawab “Apakah kamu mempunyai seorang ibu?” Dia menjawab, “Iya.” Beliau bersabda, “Tetap berbaktilah kepadanya, karena surga ada di kedua kakinya.” (HR. Ahmad dan Nasa’i).

Semua dalil yang disebutkan di atas, juga yang semakna dengannya, adalah bagi orang yang memang tidak wajib berjihad.

Akan tetapi, jika dirinya sudah masuk kualifikasi wajib berjihad, maka meninggalkannya dianggap kemaksiatan. Tidak ada ketaatan kepada makhluk untuk bermaksiat kepada Allah.

Di antara jihad yang wajib adalah jika sudah berada di antara dua kelompok perang (medan jihad) atau telah mendapatkan seruan dari pemimpin.

Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.

Salah satu lajnah ilmiah terkemuka di era sekarang ini, terdiri dari elit ulama senior di Arab Saudi, memiliki kredibilitas tinggi di bidang ilmiah dan keislaman.

Rujukan : Fatwa Nomor 2461

Lainnya

  • Pertama, para dai harus mengedepankan perkara-perkara yang paling penting dalam dakwah kepada Allah, sebagai implementasi dari sabda Nabi Muhammad...
  • Semua pekerjaan yang bermanfaat bagi kaum muslim baik berupa perolehan kemaslahatan untuk mereka atau penghindaran kemudaratan dari mereka itu...
  • Allah Ta’ala mensyariatkan jihad untuk menyebarkan agama Islam, menanggulangi semua hambatan yang akan ditemui para mubalig dalam berdakwah ke...
  • Berjihad memerangi kaum kafir tidak wajib atas wanita. Akan tetapi dia wajib berjihad dakwah menyebarkan kebenaran dan menjelaskan syariat,...
  • Menurut syariat, berdakwah kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala harus sesuai dengan apa yang diperintahkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa...
  • Jika pemasalahannya adalah seperti yang disebutkan, yaitu merekam dan menjaga alat perekam dan kasetnya dari penyalahgunaan orang lain, maka...

Kirim Pertanyaan