Seorang Lelaki Memukul Lelaki Lain Hingga Tangannya Cacat, Namun Keduanya Meninggal Sebelum Pemenuhan Hak

1 menit baca
Seorang Lelaki Memukul Lelaki Lain Hingga Tangannya Cacat, Namun Keduanya Meninggal Sebelum Pemenuhan Hak
Seorang Lelaki Memukul Lelaki Lain Hingga Tangannya Cacat, Namun Keduanya Meninggal Sebelum Pemenuhan Hak

Pertanyaan

Sebelum berdirinya Kerajaan Saudi, almarhum ayah saya memukul seorang lelaki. Akibat pemukulan itu, tangan lelaki tersebut menjadi cacat, namun dia tidak menuntut qisas dari ayah ketika itu karena ketidaktahuannya. Ayah saya dan orang yang dipukulnya telah meninggal sebelum berdirinya Kerajaan Saudi.

Saat ini, saya bertanya-tanya bagaimana cara melunasi hutang almarhum ayah saya. Perlu diketahui bahwa lelaki yang dipukul tidak memiliki anak atau seseorang yang dapat saya mintakan maaf darinya, kecuali beberapa keluarga yang jarak kekerabatannya sangat jauh. Oleh karena itu, mohon fatwa mengenai masalah ini. Semoga Allah memberi kebaikan kepada Anda.

Jawaban

Dalam kondisi seperti yang disebutkan di atas, jika pemukulan yang menyebabkan tangan menjadi cacat itu dilakukan secara sengaja dan zalim, maka hukum qisas menjadi gugur apabila orang yang memukul itu mati sebelum hukuman dilaksanakan.

Ini adalah kesepakatan seluruh ulama. Sebab, menurut syariat, qisas tersebut tidak mungkin lagi dilakukan karena obyek hukumannya tidak ada. Namun, jika dia memiliki harta, maka wajib diambil dengan jumlah setengah dari diyat. Ini juga berdasarkan pendapat yang benar dari beberapa pendapat ulama.

Jika pemukulan itu dilakukan secara tidak sengaja atau serupa sengaja, maka wajib membayar setengah diyat yang dibebankan pada keluarga pelaku, yang diberikan kepada ahli waris korban pada hari kematiannya sebagai hak waris. Setelah itu, baru sisanya dibagikan untuk ahli waris pelaku sesuai bagian masing-masing.

Pembayaran diyat dilakukan jika tidak ada bukti telah terjadi pemberian maaf atas pelaku. Semua dikembalikan kepada hukum asalnya (yaitu diberlakukannya qisas). Jika terdapat pemberian maaf, maka tidak ada kewajiban harta apa pun atas pelaku ataupun keluarganya dan ahli waris korban tidak berhak mendapatkan apa pun.

Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.

Salah satu lajnah ilmiah terkemuka di era sekarang ini, terdiri dari elit ulama senior di Arab Saudi, memiliki kredibilitas tinggi di bidang ilmiah dan keislaman.

Rujukan : Fatwa Nomor 1352

Lainnya

Kirim Pertanyaan