Pergaulan Buruk Dan Ketaatan Kepada Orang Tua

1 menit baca
Pergaulan Buruk Dan Ketaatan Kepada Orang Tua
Pergaulan Buruk Dan Ketaatan Kepada Orang Tua

Pertanyaan

Saya seorang pemuda berumur delapan belas tahun. Alhamdulillah, Allah telah memberi hidayah kepada saya -segala puji dan pemberian hanya milik Allah- pada saat umur saya kira-kira lima belas tahun. Sebelum itu saya berbuat maksiat, yaitu sering meninggalkan salat, mencuri, melakukan onani, melihat video, dan berbuat maksiat (tidak taat) kepada kedua orang tua.

Setelah Allah memberi hidayah kepada saya, sebagaimana yang telah saya sampaikan di atas, satu setengah tahun umur saya berlalu dan, alhamdulillah, keadaan saya baik-baik saja. Saya rajin salat, meninggalkan perbuatan mencuri, meninggalkan kebiasaan beronani, dan taat kepada kedua orang tua.

Saya mengambil jalan saya bersama para pemuda yang saleh dan takut kepada Allah, baik saat diam-diam (sendiri) atau dalam terang-terangan (keramaian). Namun, betapa cepat keadaan saya berubah. Saya kembali melakukan onani secara terus-menerus, menyaksiakan film-film yang mengumbar nafsu, melawan kepada orang tua, dan mencuri.

Orang tua saya pelit saya takut terhadap ayah saya sehingga saya tergoda untuk mencuri hartanya dan saya pun melakukannya. Sedikit demi sedikit saya mulai menjauh dari para pemuda yang saleh itu. Semua perbuatan itu, baik onani maupun mencuri, hanya diketahui Allah dan saya. Allah Maha Mengetahui bahwa sebenarnya saya menyadari bahwa perbuatan itu haram dan tidak boleh dilakukan.

Saya telah berusaha untuk menjauhinya, tetapi tidak bisa dan saya tergoda dengan beberapa perkataan, misalnya saya mengatakan (pada diri saya) apakah salat saya diterima meskipun saya melakukan perbuatan-perbuatan itu? Allah mengetahui bagaimana saya menjaga seluruh salat lima waktu dan dari salat Jumat ke salat Jumat berikutnya, bahkan saya tidak meninggalkan satu rakaat salat taraweh pun pada bulan Ramadan.

Saya mengkhatamkan Al-Qur’an dan puasa satu bulan penuh. Saya tidak mampu menanggung hidup saya. Saya sering berselisih dengan ibu saya. Saya mendiamkannya kira-kira tiga hari atau lebih. Saya tidak berbicara kepadanya dan dia juga tidak mengajak saya berbicara. Hal ini terus berlangsung meskipun karena perbedaan yang sepele. Begitu juga dengan ayah saya.

Kebohongan bagi saya juga menjadi sesuatu yang sepele (biasa) setelah saya membencinya sebagaimana membenci seorang musuh. Saya telah berusaha untuk terbebas dari hal itu, tetapi saya tidak mampu dan tidak paham. Seluruh kawan saya dan guru saya di sekolah mencintai saya.

Setiap orang yang berjalan bersama saya mengatakan kepada saya “saya mencintaimu” meskipun banyak maksiat yang saya lakukan. Syeikh yang terhormat, sungguh saya bingung tentang urusan saya. Saya berharap kepada Allah kemudian kepada Anda agar memberikan jawaban yang memuaskan secepat mungkin. Sampai hari ini saya masih dalam keadaan seperti ini. Semoga Allah melindungi Anda.

Jawaban

Anda wajib bertobat kepada Allah Jalla wa `Ala atas kemaksiatan-kemaksiatan yang Anda lakukan, memohon ampun kepada Allah, memperbanyak perbuatan baik, dan tidak berkumpul dengan orang-orang yang tidak baik dan sahabat-sahabat yang tidak baik. Anda juga wajib berbuat baik kepada kedua orang tua Anda dan memperlakukan mereka dengan baik. Anda tidak boleh mendiamkan mereka karena hal itu mengandung perbuatan yang menyakiti perasaan dan durhaka kepada keduanya. Semoga Allah memberi Anda taufiq menuju jalan yang lurus dan menjauhkan Anda dari jalan kesesatan dan orang-orang yang membuat kerusakan.

Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `Ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.

Salah satu lajnah ilmiah terkemuka di era sekarang ini, terdiri dari elit ulama senior di Arab Saudi, memiliki kredibilitas tinggi di bidang ilmiah dan keislaman.

Rujukan : Fatwa Nomor 10918

Lainnya

Kirim Pertanyaan