Hukum Ucapan “Pertanda Buruk, Pertanda Baik, Alhamdulillah la Yuhmad ‘Ala Makruh Siwahu (Segala Puji Bagi Allah Yang Tidak Di Puji Dalam Perkara Yang Tidak Menyenangkan.)”

3 menit baca
Hukum Ucapan “Pertanda Buruk, Pertanda Baik, Alhamdulillah la Yuhmad ‘Ala Makruh Siwahu (Segala Puji Bagi Allah Yang Tidak Di Puji Dalam Perkara Yang Tidak Menyenangkan.)”
Hukum Ucapan “Pertanda Buruk, Pertanda Baik, Alhamdulillah la Yuhmad ‘Ala Makruh Siwahu (Segala Puji Bagi Allah Yang Tidak Di Puji Dalam Perkara Yang Tidak Menyenangkan.)”

Pertanyaan

Apa hukum mengucapkan sebagian lafal-lafal berikut karena sering diucapkan oleh sebagian orang:
1. Pertanda buruk, pertanda baik.
2. Segala puji bagi Allah yang tidak di puji dalam perkara yang tidak menyenangkan.
3. Aku berlindung kepada Allah dari keburukan orang yang hanya mengenal keburukan.

Jawaban

Pertama, Dua ungkapan, (pertanda baik) dan (pertanda buruk), haram digunakan karena keduanya menyandarkan pengaruh kejadian alam semesta, baik atau buruknya, kepada bintang-bintang padahal bintang-bintang tidak memiliki kekuatan untuk itu sedikit pun dan bukan penyebab keberuntungan dan ketidakberuntungan. Allah Ta’ala berfirman,

أَلا لَهُ الْخَلْقُ وَالأَمْرُ

“Ingatlah, menciptakan dan memerintah hanyalah hak Allah.” (QS. Al-A’raaf: 54)

Jika orang yang berkata tadi meyakini bahwa bintang-bintang ini aktif (memberi untung dan sial) dengan sendirinya selain Allah Ta’ala, maka itu tergolong kepada syirik akbar (syirik besar). Namun, jika ia meyakini bahwa semua perkara di tangan Allah semata, tetapi ia mengucapkannya saja, maka itu termasuk dalam syirik lafal (ucapan) yang menafikan kesempurnaan tauhid yang seharusnya.

Dalil masalah ini adalah hadis yang diriwayatkan oleh Muslim dalam kitab Shahihnya bahwa Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam bersabda,

لا عدوى ولا هامة ولا نوء ولا صفر

“Tidak ada penularan (penyakit), tidak ada kesialan karena ada binatang berbisa atau bintang tertentu, dan tidak ada kesialan pada bulan Safar.”

Dan hadits dalam Shahihain (Bukhari dan Muslim),

عن زيد بن خالد الجهني – رضي الله عنه – قـال: صـلى بنا رسول الله – صلى الله عليه وسلم – صلاة الصبح بالحديبية على إثر سماء كانـت من الليل، فلما انصرف النبي – صلى الله عليه وسلم – أقبل على الناس فقـال: هل تدرون ماذا قال ربكم؟ قالوا: الله ورسوله أعلم، قال: أصبح من عبادي مؤمن بي وكافر، فأما من قال: مطرنا بفضل الله ورحمته فذلك مؤمن بي كافر بالكواكب، وأما من قال: مطرنا بنوء كذا وكذا فذلك كافر بي مؤمن بالكواكب

“Dari Zaid bin Khalid al Juhani Dari Zaid bin Khalid al-Juhaini radhiallahu ‘anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memimpin kami salat Subuh di al-Hudaibiyah di atas bekas-bekas hujan yang turun pada malam harinya. Setelah selesai salat, ia menghadapkan wajahnya kepada orang banyak lalu bersabda, “Tahukah kalian apa yang sudah difirmankan oleh Rabb kalian?” Mereka menjawab, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui.” Ia bersabda, “(Allah berfirman), ‘Subuh hari ini ada hamba-hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir. Barangsiapa berkata, “Hujan turun kepada kita karena karunia Allah dan rahmat-Nya,” maka dia adalah orang yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang-bintang. Barangsiapa berkata, “(Hujan turun disebabkan) bintang ini atau itu,” maka dia telah kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang-bintang.”

Kedua, Perkataan (Segala puji bagi Allah yang tidak di puji dalam perkara yang tidak menyenangkan) adalah benar dan tidak apa-apa (boleh) diucapkan.

Ketiga, Perkataan: (Aku berlindung kepada Allah dari keburukan orang yang memiliki keburukan) juga ucapan yang benar karena dalam Al-Qur’an dan sunah terdapat kalimat Isti’azah (meminta perlindungan) yang semakna dengan itu, seperti firman Allah Ta’ala,

قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ الْفَلَقِ (1) مِنْ شَرِّ مَا خَلَقَ

“Katakanlah: “Aku berlindung kepada Tuhan Yang Menguasai subuh”(1) dari kejahatan makhluk-Nya.” (QS. Al-Falaq: 1-2)

Dan hadits sahih dari Nabi Shallallahu `Alaihi wa Sallam,

أنه كان يعوذ الحسن والحسـن رضي الله عنهما، فيقول: أعيذكما بكلمات الله التامة من كل شيطان وهامة، ومن كل عين لامه

“Bahwasanya Rasulullah memohon perlindungan untuk al-Hasan dan al-Husen radhiyallahu anhuma. Ia bersabda, “Aku mohon perlindungan untuk kalian berdua dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna dari setiap (kejahatan) setan dan binatang berbisa serta mata yang jahat (membahayakan).”

Ada juga riwayat sahih,

أن جبريل – عليه السلام – رقى النبي – صلى الله عليه وسلم – لمـا اشتكى، فقال: بسم الله أرقيك من كل داء يؤذيك، ومن شر كل حاسد وعين، الله يشفيك

“Bahwasanya Jibril ‘alaihi-ssalam pernah meruqyah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika sakit. Dia (Jibril) membaca, “Dengan menyebut nama Allah, aku meruqyahmu dari segala sesuatu yang menyakitimu, kejahatan setiap makhluk atau ‘ain (pandangan) orang yang dengki. Semoga Allah menyembuhkanmu.”

Dan riwayat dari Nabi Shallallahu `Alaihi wa sallam,

أنه كـان يقول في خطبة الحاجة: ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا

“Bahwasanya Rasulullah mengucapkan dalam “khotbah al-hajah”, ‘Wa na’udzu bi-llaahi min syuruuri anfusina wa min sayyi`aati a’maalinaa, (dan kami berlindung kepada Allah dari kejahatan jiwa kami dan keburukan perbuatan kami).”

Wabillahittaufiq, wa Shallallahu `Ala Nabiyyina Muhammad wa Alihi wa Shahbihi wa Sallam.

Salah satu lajnah ilmiah terkemuka di era sekarang ini, terdiri dari elit ulama senior di Arab Saudi, memiliki kredibilitas tinggi di bidang ilmiah dan keislaman.

Rujukan : Fatwa Nomor 21699 | Link

Lainnya

Kirim Pertanyaan